Minggu, 29 Mei 2016

MENCARI NILAI FILOSOFI DI ALAM BEBAS

Mencari Nilai Filosofi di Alam Bebas

Alam bebas yang luas, indah, bahkan mematikan ini tidak diciptakan sia-sia oleh Allah SWT. Perkembangan peradaban manusia diawali dengan interaksi langsung dengan alam, baik secara fisik ataupun spiritual. Jika kita mau merunut ke belakang, manusia purba mengawali hidup di jaman batu dengan hanya bergantung dari alam. Semua peralatan hidup mereka berasal dari alam. Kapak batu, perahu, sampai membuat api. Bahkan dulu nenek moyang kita memuja batu dan alam. Ini adalah tanda bagaimana mereka sangat bergantung dari alam.

Dalam dunia modern, kegiatan hiking, camping, caving, atau jenis kegiatan bernuansa alam lainnya dijadikan sebagai sarana pelepas stress. Disebutkan bahwa kepuasan yang dihasilkan dari kegiatan alam bebas secara psikologis akan mempengaruhi cara berpikir dan bertindak seseorang. Ini adalah beberapa kisah tentang beberapa penggelut alam bebas .

Seorang Amerika dan tiga orang Selandia Baru merencanakan sebuah petualangan besar menyeberangi lautan Pasifik dengan menggunakan kapal kecil semi tradisional bernama “Rose Noelec” tanpa dilengkapi peralatan komunikasi modern. Artinya, mereka hanya membawa peralatan navigasi dan komunikasi sederhana dan selebihnya adalah insting! Mereka bertolak dari Selandia Baru menuju Tonga dengan rencana perjalanan sekitar 3-4 minggu. Mereka dinyatakan hilang setelah tidak juga muncul pada tanggal seharusnya mereka sampai di finish. Ternyata dalam perjalanan, mereka dihadang badai dan ombak besar sehingga mereka terdampar selama 132 hari (4,5 bulan) di kepulauan karang Great Barrier Reef.  Selama itu mereka hanya mendapatkan air tawar dari menampung air hujan yang kadang-kadang turun. Dua bulan pertama mereka masih bisa tahan dengan jumlah bekal makanan yang mereka bawa tetapi selebihnya hanya mengandalkan hasil tangkapan yang seadanya. Dalam derita seberat itu, menurut mereka, bukan perasaan lapar dan haus yang paling membebani tetapi memprtahankan semangat untuk hiduplah yang benar-benar membuatmereka tersiksa. Kunci keberhasilan mereka bertahan hidup hanya berdasarkan pelajaran how to survive the spirit of live dari sekeliling mereka saat itu.  Setelah masa trauma dari petualangan dramatik itu berhasil dilewati oleh mereka, mereka menuliskan petualangannya dalam sebuah buku yang kemudian menjadi best seller dan mereka juga sukses menerapkan manajemen ‘alam bebas’ untuk perusahaan konsultan pelayaran yang mereka dirikan.

Dr. Junichiro Itani, seorang ahli primata dari Jepang sedang mengadakan ekspedisi ilmiah tentang primata di pedalaman Rep. Congo (hutan tropis terluas kedua di dunia). Satu waktu beliau mengamati kebiasaan hidup salah satu suku terasing dalam hal berburu zebra (makanan kebesaran suku ini). Mereka berkelompok sesuai kedekatan garis ikatan darahnya. Begitu satu kelompok berhasil melumpuhkan satu buruan, saat itulah semua kelompok berhenti berburu dan pulang sambil bersorak gembira. Metoda dan situasi perburuan saat itu sebenarnya sangat memungkinkan untuk mendapatkan lebih dari satu zebra. Ritual perburuan diakhiri dengan pembagian hasil dengan tata cara bahwa kelompok yang berhasil,  mendapatkan bagian yang paling banyak dan sisanya dibagikan ke semua kelompok dengan porsi yang berbeda sesuai kedekatan/garis ikatan darah. Saat Itani menanyakan kepada kelompok yang mendapatkan bagian kecil tentang kenapa mereka tidak melanjutkan perburuan sampai mendapatkan juga, mereka menjawab ‘Porsi kami memang kecil, tetapi semua itu cukup sampai perburuan selanjutnya dilaksanakan. Mungkin pada kesempatan lain keberuntungan ini akan berbalik  dan berpihak kepada pada kelompok kami.’

Satu jawaban yang sangat indah dan mungkin tidak akan pernah ditemukan lagi di jaman sekarang ini. Kepatuhan pada hukum adat dan kebersamaan mereka begitu mengagumkan. Bahkan Itani menyimpulkan bahwa penduduk primitif ternyata sangat bijak mengikuti alur hukum rimba yang dalam beberapa aspek bahkan lebih maju dibandingkan tatanan yang ada di kehidupan modern. Satu landasan hukum dasar yang bahkan sangat ditaati oleh komunitas simpanse. ( Kazuo Inamori, Kegairahan Mencapai Sukses).

Dari dua kisah diatas, dapat ditarik nilai filosofis dari kegiatan alam bebas. Pertama, di alam bebas bisa didapatkan nilai-nilai luhur yang masih convertible diterapkan di era modern. Kedua, bangsa dari Negara maju ternyata lebih cerdik untuk belajar kembali ke alam untuk kenyamanan hidupnya. Kazuo Inamori, pengarang buku Kegairahan Mencapai Sukses, adalah salah seorang pengusaha tersukses di Jepang (Pemilik Kyocera Corp. dan Nippon Irridium) dimana konsep hidup dan manajemen perusahaannya lebih banyak lahir dari hal sederhana yang dia alami dan amati saat berinteraksi dengan alam bebas.

Dari pengalaman menarik di atas, bisa didapat pelajaran bahwa ketekunan menggeluti kegiatan alam bebas seharusnya bisa membentuk kita lebih kreatif dalam menyikapi berbagai hal, utamanya kesulitan hidup. Selain itu juga membuat manusia menjadi lebih capable to survive.

SALAM RIMBA RAYA LESTARI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar