Rabu, 29 Juni 2016

LOGO HUT RI 71

BELAJARLAH DARI ALAM

BELAJARLAH DARI ALAM Disadari ataupun tidak, ALLAH SWT senantiasa memberikan banyak gambaran pada manusia lewat ciptaanNYA. Tetapi kebanyakan manusia ‘tidak berpikir’ sehingga keberadaan alam ciptaanNYA ini kelihatan biasa-biasa saja. ALLAH SWT menjelaskan lewat kitab suci Al Qur’an yang intinya: “Berjalan-jalanlah kamu dimuka bumi. Maka kamu akan melihat kekuasaanKU”. Artinya, kita harus cerdas dan cermat dalam mengamati keberadaan alam semesta itu. Dengan begitu, kita akan bisa merasa dekat dengan ALLAH SWT.  Sebenarnya, sangat mudah untuk menikmati keindahan alam. Orang bisa meluangkan waktu dengan bertamasya, wisata ke pegunungan, pantai dan lain-lain. Dalam hal menikmati alam, pandangan antara anak kecil dan orangtua (sudah berumur) akan berbeda. Coba sesekali perhatikan anak kecil yang tengah berjalan-jalan dan tiba-tiba mereka melihat sungai yang airnya mengalir deras. Pasti, tanpa pikir panjang ia akan kepingin untuk mandi di kali itu.  Tapi berbeda dengan orangtua dalam menikmati alam. Para orangtua itu cenderung tidak melihat keindahan dari sungai itu. Yang indah bagi orangtua ataupun orang yang sudah dewasa adalah duit. Kemanapun mata memandang, yang dipikirkan hanyalah duit dan dunia. Padahal yang dilihat indah itu adalah fana dan bakal berubah. Itulah perbedaan antara anak kecil dan orang tua/dewasa dalam memandang keindahan alam.  Banyak sekali yang bisa kita pelajari dari alam. Kita bisa belajar tentang ilmu kesabaran, ilmu kesetiaan, ilmu kepasrahan, ilmu diam dan banyak ilmu lainnya. Lho kok bisa? Jelas sekali. Lihatlah buktinya.  Belajar Kesabaran  Kalau hendak belajar ilmu kesabaran, maka kita hendaknya belajar pada Bumi yang kita injak setiap harinya ini. Bayangkan, bumi ini tidak pernah mengeluh meskipun diinjak-injak ratusan juta manusia. Bumi juga tidak pernah tersinggung meskipun diludahi, dikencingi bahkan menjadi tempat buangan kotoran manusia. Ia akan dengan sabar menerima semuanya. Kesabaran apalagi yang bisa mengalahkan bumi ciptaan ALLAH SWT itu? Tapi kalau manusia berbuat semena-mena terhadap bumi, maka Sang PENCIPTA akan marah dan bumi bakal menggulung dan menimbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri. Contohnya, tanah longsor dan lainnya.  Belajar Kesetiaan Jika hendak belajar ilmu kesetiaan, tidak ada salahnya kita belajar pada matahari. Belajar dalam hal ini bukan berarti menyembah matahari. Tidak! Tetapi kita cukup melihat, merasakan dan mencontoh kesetiaan matahari yang juga ciptaan ALLAH SWT. Matahari adalah tempat belajar ilmu kesetiaan karena ia dengan setia senantiasa hadir dari Timur dan terbenam di Barat setiap hari.  Matahari tidak pernah ingkar janji untuk tidak terbit. Ada orang yang guyon dengan mengatakan, lha kalau mendung bagaimana? Meski mendung, matahari tetap bersinar meski tertutup mendung. Bukankah ia terus setia?  Belajar Kepasrahan dan Nerimo (Ikhlas) Jika Anda ingin belajar ilmu kepasrahan dan nerimo (ikhlas), maka tidak ada salahnya belajar pada laut. Laut yang diciptakan ALLAH SWT adalah tempat mengalirnya beribu-ribu sungai di dunia ini. Kotoran apapun yang dilemparkan manusia lewat sungai, pasti akan mengalir ke laut. Dan laut akan pasrah menerima barang-barang buangan itu. Ia tidak pernah mengeluh sedikitpun. Laut juga akan ikhlas menerima semua air, kotoran atau benda-benda apapun yang mengalir lewat sungai. Keikhlasan yang ditunjukkan oleh laut adalah keikhlasan “Lillahi Ta’ala” (semuanya karena ALLAH). Belajar Ilmu dari Tumbuhan Kita juga harus belajar dari tumbuhan. Apa alasannya? Alasannya jelas, karena tumbuhan sejak dari bibit ia hidup, ia cenderung diam. Tapi tahu-tahu lama kelamaan tumbuhan itu menjadi besar dan memberi manfaat bagi si penanamnya. Bayangkan, sebuah tumbuhan saja tahu cara menghargai dan berterimakasih pada orang yang merawatnya. Sedangkan kita manusia ini yang disebut makhluk mulia oleh ALLAH SWT, malah tidak bisa menghargai dan berterimakasih pada ALLAH SWT yang telah merawat kita. Apa layak kita disebut sebagai manusia Rahmatan Lil-alamin (manusia yang menjadi rahmat bagi alam semesta)?  Kalau kita menghormati alam, berarti kita juga mensyukuri apa yang telah dianugerahkan ALLAH SWT. Bukan malah kita memperTUHAN alam

Menghindari Pacet

MENGHINDARI PACET Lintah atau pacet bukan hal yang asing bagi seorang pendaki gunung. Makhluk yang mungkin menjijikkan bagi sebagian orang ini terkadang menjadi momok yang menakutkan sehingga bisa mendatangkan kesulitan bagi kita. Sebenarnya tidak semua gunung di huni oleh vampire lunak ini, namun ada baiknya agan-agan termasuk ane untuk tahu bagaimana cara menghindari pacet si cacing penghisap darah ini. Berikut ini beberapa tips ringan aja gan. - Posisi dalam barisan Para pendaki gunung biasanya mendaki dalam bentuk barisan memanjang, gak mungkin berjejer kayak orang sholat kan. Nah, kalau agan dalam barisan itu sebaiknya agan memilih posisi paling belakang atau paling depan (ini satu keuntungan buat agan yang baca artikel ini, kalau gak baca kan gak tau). Kenapa begitu, orang yang pertama lewat biasanya belum disadari oleh lintah. Sedangkan yang paling belakang untung-untungan juga sih, bisa kena kalau stock lintahnya banyak. - Gunakan rendaman tembakau Tembakau memiliki aroma yang tidak disukai pacet, karena itu temabakau bisa kita manfaatkan untuk menghindari pacet. Caranya, daun tembakau kering direndam hingga berubah warnanya, kemudian air rendaman tersebut di balurkan ke seluruh bagian kaki, termasuk sepatu dan bagian bawah celana kita. - Gunakan anti nyamuk Anti nyamuk seperti A*tan atau Soff*el dapat kita gunakan untuk menghindari pacet, karena mereka juga tidak suka aromanya seperti halnya nyamuk. Kalau ane tidak terlalu suka pakai ini, soalnya terasa kurang nyaman di kulit kalau kita sedang berkeringat (dalam pendakian). - Gunakan minyak angin Minyak angin juga bisa kita gunakan, tapi biasanya minyak angin cepat menguap dan aromanya hilang. Jadi tidak terlalu efektif, selain itu juga lebih. - Mandi Mandi mungkin cara yang agak berat untuk menghindari pacet, karena gunung dimana-mana selalu dingin. Tapi percaya atau tidak, mandi adalah salah satu cara paling efektif untuk menghindari pacet si vampir lunak. Ini ane lihat sendiri gan, waktu naik gunung sama masyarakat Dayak di Gunung Berangin Kalimantan Barat. Sherva kami mandi pagi-pagi dalam udara yang dingin, dan beliau memang seperti bebas dari pacet. Sementara kami ditempeli cacing-cacing ganas yang sopan itu. Tapi selain mandi mereka juga menerapkan cara nomor 1 diatas (posisi). Jadi udah tau kan info ini ane dapat darimana, hehe. Oh iya, kalau pacetnya udah nempel, jangan langsung dicabut agar darahnya tidak keluar terus. Sebaiknya tetesi pacetnya dengan minyak angin agar dia terlepas perlahan, sehingga luka sayatan pacetnya tidak terlalu besar. Demikian tips singkat tentang cara menghindari pacet/lintah darat di gunung ini, mudah-mudahan bermanfaat. Salam lestari

Apakah Anda Termasuk Pendaki Berbahaya

Apakah Anda Termasuk Pendaki Berbahaya Mendaki gunung masuk kategori olahraga berbahaya. Tapi para pendaki pemula dan berbahaya memasabodohkan bahaya. Demi memasang foto – foto di sosial media, mereka pergi ke gunung. Tanpa persiapan, asal – asalan dan seringkali sembrono. Dan inilah tanda – tanda Anda pendaki berbahaya. Berbahaya bagi diri sendiri juga bagi teman pendaki yang lain. - Sok Jagoan Sikap sok jagoan ini nyaris selalu menjadi penyebab utama musibah pada pendaki pemula. Dengan alasan mencari tantangan, para pendaki pemula ini mencari jalur di luar jalur resmi. Parahnya, seringkali mereka melakukannya tanpa kemampuan navigasi yang baik. Jangankan GPS dan peta topografi, sekadar kompas pun tak bawa. Lalu apa yang diandalkan? Maka petualangan mereka pun biasanya berakhir di dasar jurang, mati kedinginan di lembah atau ditandu Tim SAR ke rumah sakit. Membuka jalur baru juga berarti merusak konservasi. Mengganggu kehidupan liar dan ekosistem. Para pendaki berpengalaman tak akan melakukannya selain untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan. - Packing Yang Buruk Packing atau mengepak barang dalam ransel adalah seni yang harus dikuasai pendaki gunung. Seluruh barang bawaan harus masuk ke dalam ransel. Karena medan sulit, tak boleh ada yang tergantung di luar ransel selain botol air minum. Tangan harus bebas karena memegang Tracking Poll atau berpegangan meniti akar – akar pohon jika dibutuhkan. Maka lihatlah para pendaki berbahaya. Dengan panci digantung ke ransel. Tangan menenteng sleeping bag atau jaket. Ransel mereka tak dilapisi lagi dengan cover bag. Pakaian di dalam ransel tak dilapis plastik. Jika hujan, semua pakaian, jaket dan sleeping basah. Padahal sangat penting menjaga pakaian ganti tetap kering. Tidur dengan keadaan basah bisa mengakibatkan hipotermia. Inilah penyebab utama kematian seorang pendaki gunung. Suhu tubuh turun karena kedinginan. Jangan pernah anggap enteng mengepak barang. Ini yang sering dimasabodohkan pendaki. Hipotermia Di Sangka Kesurupan Pendaki pemula mendaki tanpa ilmu. Berbekal semangat dan tanpa perlengkapan memadai mereka nekat mendaki gunung. Karena tidak tahu ilmu P3K, maka sering terjadi salah kaprah. Pada penderita hipotermia, korban akan menggigil dan kehilangan kesadaran. Lalu mulai bicara melantur. Karena nyerocos tak karuan dan sukar diajak komunikasi, teman – temannya menyangka si korban kesurupan. Mereka malah membacakan doa untuk mengusir setan. Seharusnya, segera lakukan pertolongan. Ganti pakaiannya dengan pakaian kering. Masukkan dalam sleeping bag yang sudah dihangatkan. Taruh juga beberapa botol air panas di dalam sleeping bag itu. Jaga kondisi lingkungan tetap hangat. Jika sudah membaik beri makanan hangat sedikit demi sedikit. Hindari memberi kopi atau minuman keras. - Aku Si Cepat Ciri khas pendaki berbahaya, apalagi yang masih berusia muda adalah selalu bergerak dengan cepat. Mereka selalu tergesa – gesa, menjadikan naik gunung seolah lomba lari ke puncak. Malu menjadi yang paling belakang, karena sering dianggap sebagai yang terlemah. Karena itu biasanya waktu tempuh ke puncak lebih singkat. Baru setelah perjalanan turun, aneka masalah datang. Kehabisan tenaga, cidera otot hingga kecelakaan dan kehilangan arah menjadi ancaman. Idealnya, ada seorang sweeper yang berjalan paling belakang. Biasanya orang ini yang paling kuat dan bisa diandalkan. Tugasnya menyapu seluruh anggota tim. Memastikan tak ada yang keteteran atau tertinggal di belakang. Namun dalam rombongan pendaki berbahaya, tak ada yang mau menerima tugas ini. Jadi sweeper dianggap hina. Menjadi paling pertama sampai puncak dan pertama turun ke kaki gunung jadi tujuan utama. “Aku si cepat. Tanpa sadar kutinggalkan sahabatku yang kelelahan mati di gunung.” Dari berbagai macam sumber, marilah kita mulai untuk belajar mempersiapkan segala sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Meskipun sangat sepele janganlah ditinggalkan. Karena dengan itu semua menunjukan bahwa kita memperdulikan diri dan segala sesuatu yang akan kita capai. Janganlah mengutamakan ego tanpa mengukur seberapa jauh sebenarnya kemampuan kita.

Selasa, 28 Juni 2016

PRINSIP KEBERSAMAAN DALAM MENDAKI GUNUNG

Prinsip Kebersamaan Pada Saat Mendaki Gunung Dalam dunia kegiatan alam bebas, Prinsip kebersamaan atau "Backup" merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan peluang keselamatan. Contohnya diving dan free diving, juga menerapkan Prinsip "Backup" ini. Dimana saat melakukan penyelaman kita mesti ditemani oleh instruktur atau partner. Jadi artinya Prinsip “Backup” yang dimaksud disini adalah pada saat melakukan kegiatan alam bebas usahakan sebisa mungkin tidak sendirian. Partner kita bisa menjadi semacam “backup” bagi kita dan sebaliknya pada saat kondisi emergency atau darurat saat melakukan kegiatan di alam bebas. Prinsip ini sebenarnya juga bermanfaat jika diterapkan dalam mendaki gunung; salah satu aktivitas ekstrim yang setiap saat bisa mengancam keselamatan jiwa. Atau lebih gampangnya Prinsip “Backup” ini bisa disebut Prinsip “Kebersamaan”. Berikut beberapa hal penting terkait Prinsip “Backup” ini dalam mendaki gunung diantaranya: 1) Penyeimbang pikiran dan ide saat tersesat Faktor yang sering menyebabkan pendaki tersesat sebenarnya bukan semata-mata karena jalur gunungnya sulit atau mudah. Tidak sedikit pendaki tersesat justru di gunung yang sebenarnya jalurnya relatif mudah. Coba perhatikan, tidak jarang kita mendengar pendaki yang tersesat di gunung yang begitu ramai lalu lintas pendakiannya, jalurnya sudah cukup jelas saking ramai dan rutinnya pendakian disana. Namun kita masih mendengar ada yang tersesat di gunung tersebut. Salah satu penyebab pendaki tersesat adalah karena sebuah tim pendakian tidak menerapkan Prinsip “Backup” atau bahasa gampangnya “kebersamaan”. Tidak jarang terjadi dalam sebuah tim atau kelompok ada anggota yang “tercecer” alias tertinggal sendirian atau terpisah dari kelompoknya. Lantas apa hubungannya “tercecer” dengan tersesat? Ketika seorang pendaki “tercecer” alias terpisah sendirian dari timnya, maka pada saat itu pendaki tersebut benar-benar “berjuang” sendirian. Pada saat berjalan sendirian tersebutlah, segala kemungkinan bahaya bisa saja terjadi. Salah satunya adalah kebingungan akan jalur atau kehilangan arah. Pada saat seseorang bingung dengan pilihan arah, maka disitu ada potensi dia akan tersesat. Pada saat seorang pendaki sendirian dan tersesat, maka satu-satunya ide dan inisiatif yang akan dijalankan untuk menyelamatkan dirinya adalah ide dan inisiatif pendaki itu sendiri! Artinya apa? Tidak ada “counter” atau “penyeimbang” pemikiran. Bahasa mudahnya, kalau anda sendirian maka hanya ada 1 kepala, namun jika ada partner maka akan ada lebih dari 1 kepala yang siap memberikan solusi, ide dan masukan untuk menyelamatkan diri dalam keadaan tersesat tersebut. Dengan Prinsip “Backup”, dimana seorang pendaki tetap didampingi partnernya, maka pada saat tersesat, partner atau teman kita tersebut dapat memberikan masukan yang “berbeda” dari masukan kita pribadi. Hal ini bisa membuat kita melihat perspektif yang berbeda dari apa yang hanya terpikirkan oleh kepala kita. 2) Penolong saat kondisi emergency atau darurat Dalam mendaki gunung ada banyak hal yang terkadang diluar perkiraan kita. Meskipun kita mempersiapkan diri sebaik mungkin, tetap ada sekian persen peluang-peluang kejadian berbahaya yang bisa saja terjadi diluar perkiraan kita. Begitulah realitas alam yang mesti kita terima dan sadari. Sebagai contoh, misalnya pada saat mendaki tanpa diduga anda jatuh ke jurang namun ternyata masih bisa bertahan meskipun patah tangan dan kaki yang menyebabkan anda tak dapat dan tak sanggup lagi untuk bangun dan bergerak saking fatalnya patah tulang yang anda alami. Pada waktu itu anda hanya bisa terbaring di dalam jurang yang dalam dan rimbun dan berharap-harap akan ada yang menemukan anda. Bagaimana jika seandainya setelah berhari-hari tak ada juga yang lewat di lokasi jurang tempat anda terjatuh tersebut? Well, mungkin bisa saja anda bertahan dan mungkin juga tidak. Pada kondisi seperti contoh diatas, secara teori peluang kita untuk selamat lebih kecil jika dibandingkan dengan apabila ada partner disebelah kita. Pada contoh di atas, jika ada partner disamping kita, maka pada saat kita jatuh tersebut,partner tersebut dapat segera memberikan pertolongan. Kalaupun partner tersebut tidak sanggup menolong sendirian, maka setidaknya partner anda tersebut dapat menyebarkan berita dan memohon bantuan kepada pendaki lain atau Tim SAR. Kemungkinan anda untuk diselamatkan secara teori akan lebih cepat dan lebih besar dibandingkan jika pada contoh kejadian tersebut anda tanpa didampingi partner. Itu baru satu contoh kejadian tak terduga. Masih banyak kejadian lain yang tak terduga seperti kesurupan, diserang binatang buas, dll; yang membuat kitapada satu titik benar-benar membutuhkan bantuan orang lain. 3) Usahakan jangan tinggalkan teman anda sendirian Saya seringkali setiap mendaki gunung berada di kelompok belakang atau di posisi sweeper. Salah satu alasan yang menyebabkan saya selalu berada di posisi belakang atau posisi sweeperadalahkarena saya tipikal yang tidak tegaan jika melihat ada yang tertinggal sendirian di belakang. Seringkali godaan untuk cepat-cepatan sampai ke tujuan atau puncak datang dalam pikiran saya, namun syukurnya seringpula berhasil saya tepis. Susah memang melawan godaan tersebut, apalagi jika teman yang tertinggal tersebut benar-benar lambat pergerakannya. Namun untunglah itu seringkali bisa saya redam. Tidak jarang, salah satu awal dari petaka saat mendaki gunung adalah karena sebuah tim membiarkan ada anggotanya yang tertinggal jauh di belakang. Kadang-kadang kita berpikir, “ah dia pasti sanggup kok. Ah, dia tau jalur kok, biarin aja sendiri. Nanti juga sampai”. Bahaya meninggalkan teman anda sendirian saat mendaki gunung adalah jika terjadi sesuatu pada dirinya, maka tidak ada yang membackup. Disinilah pentingnya Prinsip “Backup” atau Prinsip Kebersamaan ini. Seperti halnya diving, jika terjadi sesuatu saat menyelam pada salah satu diver, maka diver pendamping dapat memberikan pertolongan. Bayangkan jika diver tersebut sendiri lalu menghadapi kondisi darurat! Demikian jugalah sebenarnya pada saat mendaki gunung. 4) Jangan tinggalkan teman anda sendirian saat turun dari puncak Ini salah satu hal yang sering saya amati saat mendaki gunung. Salah satu kondisi yang paling rawan untuk terjadinya kecelakaan adalah saat turun dari puncak. Usahakan jangan pernah membiarkan salah seorang teman anda tertinggal sendirian saat turun dari puncak. Tidak sedikit pendaki yang mengalami disorientasi arah saat turun dari puncak yang mengakibatkan pendaki tersebut salah jalur dan akhirnya tersesat dan ada yang berujung pada kecelakaan fatal. Hindari ego untuk "cepat-cepatan" tiba di tujuan. Sebisa mungkin kalaupun tidak bisa semuanya dalam satu tim, bagi dalam beberapa kelompok kecil. Intinya jangan biarkan teman anda sendirian. 5) Karena kita cenderung labil saat sendirian Mengapa Prinsip “Backup” ini penting? Salah satu diantaranya adalah karenafaktor psikis dan fisik manusia yang cenderung "labil" saat sendirian menghadapi kesulitan di alam liar sana. Bayangkan berhadapan dengan berbagai kemungkinan bahaya diluar sana. Di gunung loh! Ketika permasalahan dan kondisi darurat datang, tidak semua orang bisa menjaga stabilitas emosi dan pikiran jernihnya. Kemampuan pribadi dan emosional setiap individu berbeda-beda saat menghadapai kondisi darurat di gunung. Disinilah manfaat Prinsip “Backup” ini. Kepanikan juga cenderung lebih mudah timbul saat sendirian menghadapi kondisi darurat. Adanya partner disamping kita akan menjadi “penyeimbang” dan melengkapi kekurangan-kekurangan kita. 6) Karena alam sulit ditebak Belajar berbagai hal tentang teknik survival memang sangat penting karena akan sangat bermanfaat ketika kita menghadapi kondisi darurat saat mendaki gunung. Namun, meskipun demikian tetap saja ada hal-hal yang kadang tak terduga. Alam sulit ditebak. Sesuatu yang kadang membuat kita sampai pada satu titik dimana kita membutuhkan tangan orang lain. Disinilah nilai plus seorang partner saat melakukan pendakian. Percayalah, terkadang ada hal yang tak bisa kitahandle sendiri. Ada saat-saat dimana kita membutuhkan sokongan dari seorang teman. Istilahnya “bersama cenderung membuat kita kuat dan bersemangat dan bisa saling membantu”. Lantas Bagaimana Dengan Pendaki Solo? Mungkin Prinsip “Backup” saat mendaki gunung tidak seketat saat dalam melakukan diving, dimana seorang diver mesti didampingi oleh diver lainnya. Itulah mungkin sebabnya melakukan pendakian seorang diri sah-sah saja. Banyak pendaki solo diluar sana. Ada sisi kelebihan dan kekurangan dari mendaki solo atau seorang diri demikian juga dengan mendaki berkelompok (non solo). Nah, berkaitan dengan Prinsip “Backup” ini, tentunya seorang pendaki solo akan menghadapi segala bahaya dan kondisi darurat seorang diri. Ya, jelas, karena dia mendaki sendiri dan tanpa teman, maka segala risiko bahaya yang tak terduga tentunya akan di-handle sendiri. Berbeda dengan pendaki yang melakukan pendakian bersama partner atau teman lainnya, pada saat menghadapi kondisi yang tak bisa lagi di-handle sendiri, masih ada teman yang siap membackup. Sekarang tinggal masalah pilihan saja, apakah anda tipikal yang senang mendaki solo atau mendaki berkelompok (denganpartner). Setiap pilihan tentunya ada kelebihan, kekurangan dan konsekuensi yang harus ditanggung.

MENGERTI DAN PAHAMI SIKLUS ALAM

Bahwa rusa makan rumput, semua orang sudah tahu. Tapi, pernahkah kita menyadari bahwa rumput tidak  pernah menolak saat rusa akan menyantapnya? Terlebih nantinya rusa pun akan dimangsa oleh hewan lain. Bahwa musim kemarau akan datang menggantikan musim hujan, adakah orang yang bisa menghentikannya? Siklus alam sudah terjadi sejak dahulu. Semua sudah ada yang mengatur dan kemudian siklus alam itu terjadi secara otomatis, dari tahun ke tahun. Kehidupan pun ada siklusnya. Kadang kita pada posisi bahagia, kadang pula sedang harus menderita karena masa sulit sudah tiba. Jika kita menyadari bahwa segala sesuatu ada masanya, karena semua mengalami pergerakan. Jika saat ini kehidupan berada di suatu titik, lalu akan terus berputar sesuai siklus, kemudian akan kembali ke titik awal. Begitu seterusnya. Semua bergerak, sehingga tidak ada yang menang dan kalah. Kalau saat ini kita sedang berada di titik tersulit dalam hidup, kemudian siklus terus berputar melewati titik paling membahagiakan. Setelah itu kita akan kembali ke titik sulit lagi. Begitu seterusnya. Untuk kita yang sudah pernah sampai di titik tersulit, seharusnya bila tiba di titik itu lagi, sudah bisa lebih menyikapi dengan baik. Tidak ada lagi keluhan, juga tidak ada sikap putus asa. Begitu pun sebaliknya. Jika sudah pernah merasa bahagia, sekarang, ketika kembali merasakan bahagia, kita tetap harus rendah hati dan justru mengajak orang lain untuk turut

FILOSOFI MUDIK

Filosofi Mudik Tradisi pulang kampung atau yang populer disebut mudik yang bermakna kembali ke udik pada hari Lebaran, adalah sebagian dari ekspresi kerinduan masyarakat Indonesia untuk pulang kekampung halamannya. Momen ini untuk sebagian masyarakat kita tidak hanya telah menjadi tradisi tahunan, tapi lebih jauh dari itu ia telah menjadi semacam kebutuhan “hati” untuk melepaskan rasa kangen pada orang-orang yang dekat dihati setelah lama tidak bertemu. Mudik lebaran memang sebuah fenomena tahunan yang menarik di Indonesia. Semangat mudik sebenarnya ada di setiap bangsa karena bersumber dari fitrah manusia berupa kerinduan akan tempat asal. Namun ritual mudik masal hanya hidup di Indonesia dan sebagian masyarakat melayu.  Apa filosofi mudik ini ? Sejauh mana kita memaknai mudik ini sebagai sesuatu yang sangat sarat makna dalam kehidupan ? Mudik dari sisi agama memberikan sebuah pemahaman bahwa manusia punya daerah asal. Manusia diciptakan Allah, dia berasal dari Allah dan dia akan kembali kepada-nya. Tidak ada satupun manusia yang tidak mengalami hal yang satu ini, tidak ada satupun yang mampu menghindar dari penggilannya, sekalipun mereka tidak percaya pada-Nya. Mudik boleh dikata sebagai pemahaman dari konsep innalillahi wainna ilaihi rajiiun, yang dimiliki akan kembali pada sang pemilik. Makna mudik yang sangat penting: 1. Sejauh jauh manusia bepergian, setinggi tinggi manusia mendaki pada akhirnya dia pasti akan kembali ke asalnya. Manusia hidup didunia ini seberapa lamapun dia tinggal di dunia pada akhirnya akan menghadap Ilahi sebagai asal dari segala galanya. 2. Berkumpulnya seluruh handai tolan darimanapun datangnya dan dari berbagai latar belakang apapun dirinya menggambarkan bahwa kelak semua ummat manusia pasti akan dikumpulkan oleh Allah SWT di alam Mahsyar. Karena sesungguhnya ummat manusia adalah satu keluarga yakni Bani Adam as. 3. Silaturrahmi yang menjadi tujuan dari mudik sesungguhnya mempunyai makna yang sangat dalam sekali. Amalan ahli syurga kelak di akhirat hanyalah saling kunjung mengunjungi / bersilaturrahmi hanya karena Allah SWT maka kebiasaan suka bersilaturrahmi di dunia yang niatnya hanya karena Allah SWT saja ini akan menjadi sebab seseorang akan menjadi penduduk syurga di akhirat kelak.  4. Bermaaf maafan pada saat bersilaturrahmi / mudik tersebut adalah amalan calon ahli syurga. Suatu ketika Rasulullaah saw memberitahukan kepada para Shahabat ra ajmain mengenai seseorang yang dijamin akan masuk syurga. Ternyata amalannya adalah sifat suka memaafkan orang lain yang telah berbuat dzalim kepada dirinya sebelum orang itu meminta maaf terlebih dahulu. Itulah filosofi mudik yang menjadi tradisi di negara kita yang patut dilestarikan dan terutama difahami agar tidak sampai bergeser kepada pemahaman lain sebagaimana sekedar pamer harta pamer kedudukan dan berbangga banggaan terhadap perkumpulan bani ini dan bani itu.  Suatu saat nanti ummat manusia semuanya pasti akan Mudik Besar Besaran di alam Mahsyar dan sebelum hari itu datang menjemput kita , bersihkan hati ini dari segala macam penyakit hati berupa iri dengki dendam dan lain lain. Diganti sifat kasih sayang serta saling memaafkan baik diminta ataupun tidak agar kita semua termasuk hamba hamba Allah SWT yang akan mendapat Rahmat Nya serta akan dimasukkan kedalam syurga Nya , aamiin.

TIPS MEMINTA IJIN ORANG TUA UNTUK MENDAKI GUNUNG

Tips Meminta Izin Orang Tua Untuk Mendaki Gunung Fenomena mendaki gunungsedang marak akhir-akhir ini, terutama dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa. Walau demikian, gunung masih dianggap sebagai tempat yang angker dan menyeramkan bagi sebagian kalangan, terlebih bagi orang tua. Jadi izin mendaki gunung masih sulit diberikan oleh orang tua apalagi yang anaknya masih berstatus pelajar. Karena sulitnya mendapatkan izin pergi mendaki gunung, banyak para pendaki yang mencuri-curi dari orang mereka agar bisa pergi mendaki. Padahal ini seharusnya dihindari oleh setiap pendaki. Nah, jika kamu sulit mendapat izin orang tua untuk mendaki gunung, coba lakukan tips di bawah ini: 1. Berdoa Hehe… Ya, pertama kamu lakukan adalah berdoa agar bisa dapat izin dari orang tua untuk mendaki gunung. 2. Ceritakan bagaimana serunya mendaki gunung Setelah berdo’a, mulailah untuk mendekati orang tua dan bercerita bagaimana serunya mendaki gunung. Agar lebih meyakinkan perlihatkanlah foto-foto pendakian teman-teman kamu yang pernah mendaki gunung lebih dulu. 3. Yakinkan bahwa gunung bukan tempat yang angker Alasan orang tua tidak memberi izin anaknya pergi mendaki gunung, biasanya karena mereka menganggap bahwa gunung adalah tempat yang menyeramkan dan angker. Jadi yakinkanlah orang tua kamu bahwa gunung bukan tempat seangker yang mereka pikirkan. 4. Utarakan tujuan kamu dengan baik dan sopan Apabila orang tua sudah yakin dan percaya bahwa gunung tidak seperti yang mereka pikirkan selama ini, utarakanlah tujuan kamu dengan baik dan sopan. Saat mengutarakan maksud dan tujuan kamu jangan pernah berusaha untuk memaksakan kehendak. Jika kamu tidak diberi izin mendaki gunung, dengarkanlah alasan penolakan mereka terlebih dahulu. Lalu sampaikan alasan kamu mendaki gunung. 5. Yakinkan bahwa kamu akan baik-baik saja Yakinkan juga orang tua kamu, bahwa kamu akan baik-baik saja dan bisa selamat sampai kembali ke rumah. Beritahu apa saja peralatan dan logistik yang akan kamu bawa, berapa lama kamu pergi, berapa orang yang pergi mendaki dan beritahu juga bagaimana medan yang akan kamu hadapi. 6. Minta bantuan teman Mintalah bantuan teman kamu yang pernah mendaki. Akan lebih baik jika teman kamu itu juga terlihat bertanggung jawab dan sudah akrab dengan keluarga kamu. Minta teman kamu untuk menceritakan pengalamannya mendaki kepada orang tua kamu. 7. Jangan lupa minta do’a restu orang tua Jika izin sudah diberikan, mintalah do’a restu dari orang tua agar kamu selamat sampai pulang kembali ke rumah. 8. Selalu memberi kabar Saat di perjalanan dan dalam pendakian, jangan lupa untuk memberi kabar kepada orang tua agar mereka tidak risau memikirkan keadaan kamu. Dengan seringnya kamu memberi kabar, akan memudahkan kamu jika suatu saat hendak mendaki lagi. Dengan melakukan tips-tips di atas, mudah-mudahan kamu bisa mendapatkan izin dari orang tua untuk mendaki gunung. Tapi ingat, jangan pergi mendaki saat hari sekolah, karena apapun alasannya, orang tua kamu pasti tidak akan memberikan izin untuk mendaki.

Sabtu, 25 Juni 2016

MENJAGA KEBERSIHAN GUNUNG

Menjaga Kebersihan Gunung Dibalik foto gagah para pendaki berlatar pemandangan gunung yang cantik terdapat seonggok sampah yang terabaikan. Dibalik ribuan like foto pendakian terselip potret suram sampah-sampah yang berserakan di sepanjang jalur pendakian. Sampah plastik bungkus makanan, sampah bekas botol minuman, dan sampah kaleng gas sering ditemuii di beberapa gunung. Ini salah siapa? Ini perbuatan siapa? Pertanyaan seperti itu sudah tidak sepatutnya untuk dikeluarkan. Bertindak melakukan aksi nyata itu jauh lebih baik daripada hanya saling menyalahkan. Bergerak menyelesaikan masalah jauh lebih bijak daripada hanya berkomentar. Mengakui kesalahan dengan berusaha memperbaiknya jauh lebih hebat daripada hanya diam tak peduli. Beberapa hal ini bisa dilakukan pendaki untuk menjaga kebersihan gunung dari sampah: 1. Bawa turun sampah anda Sudah banyak peringatan yang diberikan kepada pendaki untuk membawa turun sampah kembali. Namun, masih saja banyak sampah yang tertinggal di camp pendakian. Gunung bukan tempat sampah. Di gunung juga tidak ada tukang sapu yang siap membersihkan sampah kamu walaupun kamu membayar di pos pendakian. 2. Kurangi memasak makanan instan Makanan instant biasanya terbungkus dengan plastik. Contohnya mie instan, sampah yang dihasilkan dari bungkus mie instant akan terbuang, terbang entah kemana perginya. Padahal, sampah plastik tidak mudah terurai. Dibutuhkan waktu kurang lebih 50 sampai 80 tahun untuk menguraikan sampah plastik. Jika kamu memasak bahan makanan alami, seperti sayur-sayuran, tentu sampah yang dihasilkan aman untuk lingkungan. Selain itu, bukankah sayuran lebih baik untuk kesehatan daripada semangkok mie instan yang berisi banyak pengawet makanan? Hargai kesehatan tubuh kita sendiri, sayangi lingkungan. 3. Membawa botol minuman isi ulang Daripada Anda membeli air kemasan botol plastik, lebih baik Anda membawa botol air yang bisa diisi ulang sebelum mendaki. Cara ini lebih menghemat isi kantong. Selain itu juga menghemat sampah plastik. Baik untuk kantong pendaki dan baik untuk bumi. Baca juga:Trik Hemat ala Anak Kost Agar Bisa Travelling 3. Jadilah perokok yang bijak Sebagian pendaki memiliki kebiasaan merokok dan ngopi sambil menikmati alam yang indah ini. Tak jarang filter batang rokok terbuang di jalur pendakian. Setidaknya dibutuhkan waktu 10 sampai12 tahun untuk menguraikannya. Mulai membiasakan diri menyimpan batang rokok, lalu dikumpulkan dengan sampah lain untuk dibawa turun ke basecamp. Atau pilihlah rokok kretek daripada rokok yang ada filternya. Karena, sampah puntung rokok kretek lebih mudah terurai. 4. Simpan bahan logistik menggunakan kotak makanan Belilah beberapa kotak makanan untuk menaruh bumbu-bumbu, seperti garam, gula, dan kopi. Bisa juga digunakan untuk meletakkan potongan bahan makanan. Pilhlah kotak makanan yang terbuat dari bahan stainless steel. Jika ternyata hanya memiliki kotak makan dari plastik seperti Tupperware, tidak menjadi masalah. Tujuan dari penggunaan kotak makanan ini adalah meminimalis pembuangan sampah plastik di gunung. 6. Isi ulang lagi kaleng bekas gas Daripada membeli gas kaleng yang baru, lebih baik mengisi ulangnya lagi. Dengan catatan, kaleng gas masih dalam kondisi layak pakai. Selain harganya lebih murah, hal ini juga bisa meminimalis produksi sampah kaleng. Pengisian ulang gas kaleng ini bisa dilakukan di tempat isi ulang korek gas. 7. Mengganti tisu dengan handuk kecil Tisu dalam kegiatan pendakian memiliki fungsi yang sangat penting. Apalagi untuk para pendaki wanita. Tisu sudah menjadi barang wajib ketika mendaki. Namun, alangkah baiknya jika mengganti tisu dengan handuk kecil sebagai pembersih. Baca juga: Alasan Mengapa Pergi Mendaki Gunung 8. Membawa karung atau trash bag Terakhir yang harus kamu lakukan untuk menjaga gunung dari sampah adalah dengan membawa sampah turun. Membawa sampah turun kembali merupakan hal terpuji yang patut ditiru. Akan lebih baik lagi jika mengganti trash bag dengan karung goni atau karung bekas tepung beras. Karena menurut penelitian, karung goni lebih cepat terurai dari plastik. Jika sampah yang diangkut sampah kering, sampah dibawa turun dan dimasukan ke bak sampah lalu karung goni bisa digunakan lagi. Bumi sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ia harus segera diselamatkan. Kalo bukan kita siapa lagi? Kalo bukan sekarang kapanlagi? Bukankah kita sangat membutuhkannya untuk tetap survive? Kalau planet tempat kita tinggal ini punah, kita akan hidup dimana lagi? Mulailah dari hal kecil, dari diri sendiri, dan dari sekarang.

Jumat, 24 Juni 2016

Buang Jauh-Jauh Budaya Saling Menyalahkan Antar Sesama Pendaki Dan Pecinta Alam Lainnya

Buang Jauh-Jauh Budaya Saling Menyalahkan Antar Sesama Pendaki Dan Pecinta Alam Lainnya Setiap pendaki dan pecinta alam itu manusia, dan pasti memiliki kesalahan setiap pendaki dan pecinta alam pasti pernah menyanggah kesalahan yang telah diperbuat setiap pendaki dan pecinta alam pasti ingin menghindari kesalahan setiap pendaki dan pecinta alam pasti tidak ingin disalahkan lalu, mengapa sekarang banyak pendaki dan pecinta alam yang melihat pendaki dan pecinta alam selalu dari sisi kesalahan bukanlah kebenaran yang dipersalahkan, tapi terlalu banyak pendaki dan pecinta alam sekarang yang merasa dirinya paling benar, baik secara materi teori maupun praktek dilapangan, hingga bisa menghakimi atau menjudge pendaki dan pecinta alam lainnya tidak benar ataupun melakukan kesalahan apa kita yakin jika kita sudah merasa menjadi pendaki dan pecinta alam yang baik serta benar dalam dunia kita, sementara setiap pendaki dan pecinta alam dalam berpetualang selalu menginjak rumput, menyakiti tanaman dengan cara memotong ataupun menebasnya jika tanaman tersebut terlihat menghalangi jalan petualangan kita, bahkan kitapun bisa saja menginjak semut dan binatang kecil sejenisnya yang jelas-jelas mereka diciptakan olehNYA dan memiliki hak untuk hidup oleh karena itu, marilah kita sesama pendaki dan pecinta alam tak perlu saling menyalahkan pendaki dan pecinta alam lainnya, yang sekarang seharusnya kita lakukan adalah bersama-sama menjaga alam ini agar anak cucu kita kelak dapat menikmatinya nanti #salam_rimba #salam_lestari

Kamis, 23 Juni 2016

Hobby Mendaki Dengan Perlengkapan Sewa

hobby mendaki gunung, tapi perlengkapannya masih sewa atau pinjam, berikut tata cara meminjam barang tersebut : - Pertama, yakinlah barang yang akan kita pinjam itu sesuai fungsi yang akan kita gunakan dilapangan atau tidak. Jangan sampai barang tersebut hanya akan menjadi beban perjalanan semata tanpa digunakan secara maksimal. - Gunakanlah bahasa yang santun dan tidak memaksa. It’s important to make a great first impressions, salah satunya ya seperti itu. Bagaimana kita mau percaya untuk meminjamkan barang kita kalau bahasa yang mereka gunakanpun tidak enak didengar oleh kita. - Setelah terjadi kesepakatan antara sang pemilik dan sang peminjam barang selanjutnya pastikan bersama-sama tentang kondisi barang, coba mulai cek bagian per bagian untuk mengamati kondisi awal barang yang nantinya akan kita pinjam. Hal ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan setelah barang selesai kita pinjam, misalnya barang rusak sebelum dipakai, akan tetapi sama-sama tidak teliti waktu meminjamkannya dan meminjamnya nanti terkesan kita tidak merawatnya. Hal ini penting untuk sang peminjam barang dan yang memberi pinjaman. Yang meminjamkan juga harus jujur akan kondisi barang sebenarnya kalau memang di awal sebenarnya sudah terdapat kerusakan pada barangnya. - Sebelum dibawa, cobalah cek cara pengoperasian barangnya. Jika kita belum tau dengan baik cara mengoprasikan barangnya ataupun kita menebak-nebak saja, sebaiknya kita tanya kepada sang pemilik biar nantinya di lapangan kita bisa langsung sigap menggunakannya dan untuk menghindari barang rusak karena ketidakjelian kita tentang cara kerja pengoprasian barang tersebut. GAK USAH MALU! - Setelah barang dibawa, berarti barang tersebut 100% tanggung jawab kita si peminjam. Gunakanlah semestinya seperti yang sudah digambarkan si pemilik tadi dan gunakanlah seapik mungkin. Namanya kita main di alam terbuka pasti tidak terlepas dari debu dan kotoran. Untuk itu setelah kita memakainya usahakan kembali dengan bersih seperti semula. Barang-barang yang kita pinjam terkadang punya pengkhususan dalam mencuci atau merawatnya, untuk itu dari awal kita semestinya sudah cari tau tentang cara-cara yang benar mencuci atau merawat perlengkapan yang kita pinjam. Bisa bertanya kepada si pemilik atau bisa juga mencari informasi di tempat lain. Kita sudah diberikan kepercayaan untuk memakai dan menjaga barang teman kita sendiri, alangkah baiknya dan semestinya kita berkewajiban untuk menuang kepercayaan itu kembali tanpa diminta. - Dalam kondisi barang yang kita pinjam itu dilapangan ternyata terjadi kerusakan ataupun hilang, segera beritahukan kepada sang pemilik tentang kondisi di lapangan. Jelaskan dengan cara yang santun, sopan dan tanamkan dalam diri bahwa kita berkewajiban untuk menggantinya atau memperbaikinya tanpa diminta oleh sang pemilik.

Filosofi Kehidupan

Filosofi Hidup: Socrates dan Plato Cinta Suatu hari, Plato bertanya kepada Socrates apa itu cinta. Socrates: Pergilah ke ladang, petik dan bawalah setangkai gandum yang paling besar dan paling baik, tapi ingat satu hal, kamu hanya boleh berjalan satu arah. Setelah kamu lewati kamu tidak boleh kembali dan kesempatanmu hanya sekali. Plato melalukan apa yang diminta, tetapi dia kembali dengan tangan kosong. Socrates bertanya kenapa Plato kembali dengan tangan kosong. Plato: Aku melihat beberapa gandum yang besar dan baik saat melewati ladang, tetapi Aku berpikir mungkin ada yang lebih besar dan lebih baik dari yang ini, jadi Aku melewatinya, tetapi Aku tidak menemukan yang lebih baik daripada yang Aku temui di awal, akhirnya Aku tidak membawa satupun. Socrates menjawab itulah Cinta. Hakikat Cinta, yaitu saat engkau belum puas dan menemukannya, maka kau akan terus mencari dan mencari, melihat sesuatu dan membandingkannya dengan yang lain, sehingga hanya kehampaan yang kau dapatkan. Pernikahan Di hari yang lain, Plato bertanya kepada Socrates apa itu pernikahan. Socrates: Pergilah ke hutan, potong dan bawalah pohon yang paling tebal dan yang paling kuat, tapi ingat satu hal, setelah kamu lewati kamu tidak boleh kembali dan kesempatanmu hanya sekali. Plato pergi melakukan apa yang diminta, tapi dia tidak membawa pohon yang tebal dan kuat, dia hanya membawa pohon yang bagus. Socrates bertanya alasannya. Plato: Aku melihat beberapa pohon yang bagus dalam perjalanan di hutan, tapi kali ini Aku belajar dari kasus gandum, jadi Aku memilih pohon ini. Karena jika tidak, Aku takut kembali dengan tangan kosong lagi, kurasa ini adalah pohon terbaik yang Aku lihat. Socrates berkata itulah arti pernikahan. Hakikat Pernikahan, dimana engkau berani memutuskan memilih yang baik menurut pandanganmu dan walaupun engkau tahu bahwa itu bukanlah yang terbaik, disinilah engkau menentukan sikap dalam memilih. Perkawinan adalah pengambilan keputusan yang berani, penyatuan dua hati, penyatuan dua karakter yang berbeda dimana dua insan ini harus dan berani berbagi serta menyatukan dua pandangan menjadi satu dalam menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya. Kebahagiaan Sekali lagi Plato bertanya kepada Socrates apa itu kebahagiaan. Socrates: Pergilah melewati taman, petiklah bunga yang paling cantik, tapi ingat satu hal, setelah kamu lewati kamu tidak boleh kembali dan kesempatanmu hanya sekali. Plato pergi melakukan apa yang diminta, dia kembali membawa bunga yang cukup cantik. Socrates bertanya apakah ini bunga yang paling cantik. Plato: Aku melihat bunga ini, memetiknya dan berpikir ini adalah bunga yang paling cantik, dalam perjalanan di taman Aku melihat banyak bunga yang cantik, Aku tetap percaya bunga yang Aku petik adalah yang paling cantik, kemudian Aku membawanya kembali. Kemudian Socrates berkata itulah kebahagian. Selingkuh Sekali lagi Plato bertanya kepada gurunya Socrates apa itu selingkuh. Socrates meminta Plato pergi ke hutan, dan kembali dengan bunga yang paling cantik. Plato pergi dengan percaya diri, dan dua jam kemudian dia kembali membawa bunga berwarna cerah yang agak layu. Socrates bertanya apakah ini bunga yang paling cantik. Plato: Selama dua jam Aku mencari bunga yang paling cantik dan menemukan ini, tapi dalam perjalanan pulang, bunga yang Aku petik layu. Kemudian Socrates berkata itulah perselingkuhan. Kehidupan Di hari lain Plato bertanya kepada gurunya Socrates apa arti kehidupan. Socrates memintanya ke hutan, dia harus kembali dan membawa bunga yang paling cantik. Plato belajar dari pengalamannya yang terakhir, dan pergi dengan penuh keyakinan. Tiga hari berlalu, Plato belum kembali. Socrates berjalan ke hutan mencari Plato dan akhirnya berhasil menemukannya berkemah disana. Socrates bertanya apakah dia sudah mememukan bunga yang paling cantik. Plato menunjuk bunga di sebelahnya dan mengatakan itu adalah bunga yang paling cantik. Socrates bertanya kenapa dia tidak membawanya pulang Plato menjawab: Jika Aku melakukannya, bunga itu akan layu. Meskipun tidak kupetik bunga itu cepat atau lambat akan layu juga. Jadi Aku berada di dekatnya waktu bunga itu sedang mekar, dan pada saat bunga itu mati Aku akan menemukan bunga yang lain; itu adalah bunga kedua yang Aku temukan disini. Kali ini, Socrates mengatakan kepada Plato bahwa sekarang Plato sudah mengetahui kebenaran hidup.

Filosofi Kehidupan Edelweiss

FILOSOFI KEHIDUPAN EDELWEISS Banyak hal yang bisa kita teladani dari satu jenis bunga bernama Edelweis, - Aku ingin menjadi Bunga Edelweis yang tumbuh di atas ketinggian, yang sulit didapatkan orang, yang kokoh bertahan dari serangan berbagai cuaca dan kondisi, - Edelweis tumbuh dengan tulus dan setelah didapatkan dia akan setia menjaga keindahan, keabadiannya. - Berusahalah untuk selalu berguna bagi orang lain meskipun seringkali kita terasingkan. Layaknya bunga Edelweiss yang telah berjuang dengan keras namun rela berkorban menjadi yang pertama untuk sebuah kehidupan meskipun ia sendiri berada dalam keadaan yang tidak layak untuk hidup dan tumbuh secara normal. - Belajarlah tentang sebuah ketulusan dan pengorbanan yang abadi dari bunga Edelweiss, kepada siapa pun yang ada di sekitar kita

Filosofi Alam

filosofi alam apapun yang kita lakukan, bagaimana perjalanan hidup kita, kita harus kembali pada filosofi alam. kita memang harus kembali ke alam. alam yang tenang, yang bijaksana, yang tidak grasa-grusu, yang tidak cepat naik pitam. alam menjadi penyeimbang perjalanan apa-apa yang ada dibumi, menyelaraskan keruwetan yang mungkin bisa jadi penyebab migrain paling yahud. alam juga normal, artinya dia bisa marah, bisa ngamuk, bisa jadi semacam monster yang gak kira-kira kalau menyapu apa-apa yang ada dihadapannya. alam dengan segala sesuatunya memberikan semacam ide, bahwa hidup ini memang tidak boleh grasa-grusu, yang kalem kalau jalan, yang santai kalau bicara, yang tenang sajalah, karena hidup memang tidak memberikan apa-apa, selain perjalanan sebagai proses. sebagai orang kota a.k.a orang yang hidup di perkotaan, rasanya pegunungan menjadi semacam oase, semcam peneduh, semacam rumah. aroma daun dan segala yang menyertainya masih bisa saya hirup di atas motor, meski kini hutan yang sebenarnya adalah jalanan brutal tempat kendaraan bermotor saling berlomba entah menuju mana. pohon saya kini menjadi tiang-tiang listrik dan lampu jalan raya, kicau burung adalah klakson mobil yang tanpa babibu mengusik desibel telinga. tapi, jauh dari itu semua, alam memberi ide baru, membari penyegar, memberi nuansa yang bagai sebuah senja paling indah di akhir hari yang buruk. Seperti sifat air, mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah dan sejuk/dingin. Hal ini bermakna bahwa seorang pemimpin harus bisa menyatu dengan rakyat sehingga bisa mengetahui kebutuhan riil rakyatnya. Rakyat akan merasa sejuk, nyaman, aman, dan tentram bersama pemimpinnya. Kehadirannya selalu diharapkan oleh rakyatnya. Pemimpin dan rakyat adalah mitra kerja dalam membangun persada tercinta ini. Tanpa rakyat, tidak ada yang jadi pemimpin, tanpa rakyat yang mencintainya, tidak ada pemimpin yang mampu melakukan tugas yang diembannya sendirian. Seperti halnya sifat angin, dia ada di mana saja/tak mengenal tempat dan adil kepada siapa pun. Hal ini bermakna, seorang pemimpin harus berada di semua strata/lapisan masyarakatnya dan bersikap adil, tak pernah diskriminatif (membeda-bedakan). Seperti sifat bulan, yang terang dan sejuk. Hal ini bermakna, seorang pemimpin mampu menawan hati rakyatnya dengan sikap keseharian yang tegas/jelas dan keputusannya yang tidak menimbulkan potensi konflik. Kehadiran pemimpin bagi rakyat menyejukkan, karena aura sang pemimpin memancarkan kebahagiaan dan harapan. Seperti sifat matahari yang memberi sinar kehidupan yang dibutuhkan oleh seluruh jagat. Hal ini bermakna, energi positif seorang pemimpin dapat memberi petunjuk/jalan/arah dan solusi atas masalah yang dihadapi rakyatnya. Seperti sifat lautan, luas tak bertepi, setiap hari menampung apa saja (air dan sampah) dari segala penjuru, dan membersihkan segala kotoran yang dibuang ke pinggir pantai. Bagi yang memandang laut, yang terlihat hanya kebeningan air dan timbulkan ketenangan. Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan hati dan pandangan, dapat menampung semua aspirasi dari siapa saja, dengan penuh kesabaran, kasih sayang, dan pengertian terhadap rakyatnya. Seperti sifat gunung, yang teguh dan kokoh, seorang pemimpin harus memiliki keteguhan-kekuatan fisik dan psikis serta tidak mudah menyerah untuk membela kebenaran maupun membela rakyatnya. Tetapi juga penuh hikmah tatkala harus memberikan sanksi. Dampak yang ditimbulkan dengan cetusan kemarahan seorang pemimpin diharapkan membawa kebaikan seperti halnya efek letusan gunung berapi yang dapat menyuburkan tanah. Seperti sifat api, energi positif seorang pemimpin diharapkan mampu menghangatkan hati dan membakar semangat rakyatnya mengarah kepada kebaikan, memerangi kejahatan, dan memberikan perlindungan kepada rakyatnya. menjadi seperti alam, itu yang sekarang coba saya jalani. berhasil atau tidak, itu tidak penting, seperti juga makna hidup, begitu juga tentang pilihan, menjalani pilihan itu adalah yang terpenting...

Pecinta Alam dan Kekerasan

PECINTA ALAM DAN KEKERASAN Selama ini masyarakat beranggapan bahwa organisasi pecinta alam sarat dengan kekerasan fisik dan mental, sehingga muncul citra pada masyarakat bahwa untuk menjadi anggota organisasi pecinta alam harus mengikuti pendidikan dasar yang sangat berat dan penuh dengan resiko. Memang pada kenyataannya, pendidikan dasar bagi para anggota baru organisasi pencinta alam sangat akrab dengan kekerasan fisik dan mental, bahkan ada yang sampai mengarah kepada tindakan penganiayaan. Kekerasan fisik dan mental itu bermacam-macam bentuknya, mulai dari push up tanpa batas, memaki, merendam di sungai yang dingin, minum air bekas berkumur, menempeleng sampai dengan memukul dan menendang. Kekerasan fisik dan mental sudah dianggap biasa dan mungkin juga wajib hukumnya bagi siapa saja yang ingin menjadi anggota organisasi pecinta alam. Pertanyaannya, apakah tujuan yang ingin dicapai dari tindakan kekerasan itu? Tak jelas. Apakah kekerasan itu memang diperlukan untuk menguji fisik dan mental, karena kegiatan alam bebas membutuhkan fisik dan mental yang prima, atau hanya sebuah ajang balas dendam secara turun temurun dari para senior kepada juniornya. Padahal kegiatan pendidikan dasar bagi para anggota baru organisasi pecinta alam itu, bukan hanya untuk membentuk mental dan fisik semata. Tapi juga latihan untuk mengajarkan dan menerapkan beberapa ilmu seperti navigai darat, bivak, SAR, survival dll. Nah…bagaimana mungkin mereka bisa menyerap ilmu jika dalam kondisi fisik dan mental yang letih dan tertekan? Jika memang ingin membentuk fisik dan mental yang prima. Apakah harus selalu dengan cara kekerasan? Seharusnya cukup dengan latihan fisik secara rutin dan penerapan disiplin yang tinggi. Sehingga tindakan kekerasan fisik dan mental yang tidak rasional dan tidak berguna itu bisa dihindari. Dengan begitu, citra organisasi pecinta alam akan jauh lebih baik dan bermartabat di mata masyarakat dan kegiatan pecinta alam akan menjadi kegiatan alam bebas yang lebih bermanfaat dan menyenangkan untuk diikuti. Dalam pendidikan dasar, penamparan boleh saja dilakukan hanya untuk menyadarkan siswa atau peserta pendidikan yang pingsan atau mengalami kepanikan. Kegiatan di alam bebas itu keras, jangan ditambah lagi oleh kekerasan fisik. Pendidikan itu dimaksudkan untuk membangun human skill. Kekerasan bisa jadi bukannya membangun, melainkan justru menjatuhkan human skill peserta. Kalau sudah down, pendidikan akan percuma karena tidak menghasilkan anggota yang sesuai dengan harapan. Sebenarnya, kekerasan dalam pendidikan dasar bukan yang berkaitan dengan kontak fisik dan sebagainya, yang bisa saja menjurus pada tindak pidana penganiayaan atau bahkan sampai pembunuhan

Makna Filosofi Pecinta Alam

Sebuah Makna Yang Terkandung Dalam Filosofi Pencinta Alam - JANGAN AMBIL SESUATU KECUALI FOTO - JANGAN TINGGALKAN SESUATU KECUALI JEJAK - JANGAN BUNUH SESUATU KECUALI WAKTU Itulah filosofi yang selama ini di usung oleh pencinta alam. Dari filosofi tersebut dapat kita jabarkan menjadi beberapa poin, yaitu : 1. Dari mana kita berasal Menyangkut dari mana kita berasal, pencinta alam sangat tahu akan jawaban tersebut. Maka dari itu, ketika berkegiatan di alam, seorang pencinta alam harus melestarikan alam dan menjaga keaslian alam. Ketika berkegiatan di alam seorang pencinta alam seharusnya bertindak sebagai pencinta alam, bukan penikmat alam. 2. Alam adalah tempat bermain Tidak bisa di pungkiri, bagi pencinta alam tempat bermain mereka adalah di alam. Ketika seorang pencinta alam bermain di alam, maka hati mereka akan semakin tergugah untuk menjaganya. Sebab, jika alam telah rusak maka tempat bermain bagi seorang pencinta alam telah hilang. Itulah sebabnya, mengapa seorang pencinta alam harus menjaga kelestarian alam. 3. Menjadi pencinta alam adalah keinginan Banyak dari mereka yang mengaku pencinta alam, tapi perilaku mereka tidak mencerminkan bahwa mereka adalah seorang pencinta alam. Kita tentu sangat familiar dengan lagu sindiran yang Pencinta Alam yang dinyanyikan oleh Rubi Arlan. Dalam bait-bait lagunya sangat jelas bahwa alam adalah korban dari seorang pencinta alam yang tidak menjunjung tinggi filosofi yang mereka usung. Oleh sebab itu, menjadi pencinta alam adalah keinginan, keinginan untuk menjaga kelestarian alam, keinginan untuk hidup didalamnya, dan keinginan untuk menikmati alam tanpa harus merusaknya. Nah, dengan penjabaran 3 poin diatas semoga memberikan kita ilmu tambahan tentang filosofi pencinta alam yang selama ini kita junjung tinggi. Seorang pencinta alam boleh menjadi penikmat alam tapi harus tetap menjunjung tinggi filosofi diatas. Kita hanya tidak boleh menjadi penikmat alam seutuhnya tanpa mempedulikan kelestarian alam. Toh, bagi penikmat alam alam merupakan sebuah tempat hiburan dengan menikmati keidahannya tanpa memikirkan kerusakan alam dan memperbaikinya. Apabila tempat yang mereka kagumi tersebut telah rusak, toh mereka akan mencari tempat baru untuk dinikmati keindahannya. Oleh sebab itu, sebagai pencinta alam kita jangan menjadi penikmat alam seutuhnya. Tapi menjadi pencinta alam sekaligus penikmat alam. Karena dengan menjadi kedua hal tersebut, dengan kita menjaga keasrian lama maka kita akan menuai hasil dengan mempunyai tempat bermain yang sangat kita kagumi keindahannya dan terbesit harapan untuk selalu menjaganya agar kita selalu bisa menikmatinya. SALAM LESTARI

Minggu, 19 Juni 2016

TINGKATAN DALAM MENDAKI GUNUNG

Ada beberapa tingkatan “Tujuan mendaki gunung”, yakni sebagai berikut:

- Tujuan mendaki gunung yang pertama, bisa dibilang tujuan yang paling rendah adalah ”Untuk hobi atau kesenangan pribadi semata”. Para pendaki gunung yang bertujuan untuk hobi ini, biasanya mendaki gunung untuk sekedar rekreasi, mengisi waktu luang atau melepas kepenatan. Orang-orang ini mendaki gunung untuk menikmati pemandangan alam, menghirup udara segar atau berkemah bersama teman-teman. Puncak gunung bukanlah harga mati, karena yang mereka kejar hanyalah kesenangan semata. Jadi meskipun mereka mendaki gunung tidak sampai ke puncak, sebenarnya mereka sudah cukup puas.

- Tingkat kedua, tujuan mendaki gunung “Untuk prestise atau mendapatkan pengakuan”. Para pendaki yang mendaki gunung untuk tujuan seperti ini, yang mereka kejar hanya puncak. Jadi puncak gunung adalah harga mati bagi mereka. Bagaimanapun caranya, puncak harus bisa diraih, karena mereka beranggapan semakin banyak puncak gunung yang dikoleksi, maka prestise akan meningkat pula dan Ia-pun akan mendapat pengakuan dari orang lain (meskipun kenyataannya justru dianggap sombong dan kurang begitu dianggap oleh kebanyakan pendaki).

- Tingkatan yang lebih tinggi yakni “ Untuk pengalaman dan Ilmu pengetahuan”. Orang-orang yang bertujuan seperti ini tidak hanya “pendaki gunung atau petualang saja”, tetapi bisa juga para ahli yang mendaki gunung untuk keperluan penelitian. Contoh: Seorang ahli “Vulkanologi” harus mendaki gunung untuk meneliti keadaan kawah sebuah gunung, Seorang pendaki yang mendaki gunung untuk keperluan membuat peta, seorang ahli yang mendaki gunung untuk keperluan meneliti jenis-jenis hewan dan tumbuhan di sebuah gunung, seorang petualang yang mendaki gunung untuk membuka jalur pendakian atau mencari lokasi sumber air dsb. Orang-orang yang memiliki tujuan ini, biasanya mengabaikan “Prestise” atau bahkan “nyawanya” sekalipun karena tujuan utama mereka adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam benak mereka. Demi ilmu pengetahuan dan pengalaman baru sehingga bermanfaat untuk dirinya dan juga orang lain.

- Tingkatan selanjutnya yang lebih tinggi adalah “ Untuk pelestarian alam atau misi penyelamatan”. Biasanya banyak dari kalangan para “Pecinta alam” (Pecinta alam yang sebenarnya), Tim SAR atau polisi hutan. Mereka mendaki gunung untuk kelestarian alam, misalnya reboisasi di lereng gunung, ekspedisi bersih-bersih gunung dari coretan-coretan dan sampah gunung, perbaikan jalur pendakian untuk mencegah adanya jalur-jalur bayangan yang akan menyesatkan pendaki, Tim SAR yang mendaki gunung untuk mencari pendaki yang hilang, para polisi hutan yang mendaki gunung untuk menjaga hutan dari bahaya kebakaran atau memburu para penebang dan pemburu liar.

- Tingkatan berikutnya yang lebih tinggi lagi adalah “Untuk mengasah pribadi dan menemukan hakekat diri”. Orang-orang yang memiliki tujuan seperti inilah orang yang mampu berguru pada alam. Mereka mendaki gunung untuk menyendiri dan merenung guna mendapatkan kedamaian dan pencerahan dari Tuhan dengan mengakrabi alam. Karena dengan begitu mereka akan tahu bahwa dirinya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan alam apalagi Tuhan. Tujuan mendaki gunung seperti ini tidak hanya bisa dilakukan oleh para pertapa saja, yang biasanya mendaki gunung dan tinggal disana dalam waktu yang cukup lama sampai mendapat ilmu. Namun, sebenarnya para pendaki gunung biasa juga bisa memiliki tujuan seperti ini, kebanyakan para pendaki yang sudah cukup berpengalaman biasanya mendaki gunung untuk tujuan seperti ini. Mereka mendaki gunung bukan lagi untuk hobi atau mengejar prestise, tetapi mereka mendaki karena “panggilan jiwa” yang harus terus dipenuhi. Mereka seolah tak bisa hidup jauh dari gunung. Meskipun telah lama tidak mendaki gunung, namun keinginan untuk mendaki itu pasti akan tetap ada karena sudah menjadi kebutuhan. Mereka meyakini bahwa ada banyak pelajaran yang bisa diperoleh dari mendaki gunung. Dengan mengakrabi alam, maka dengan sendirinya alam akan mengajarkan banyak ilmu kepada kita. Jadi, jelas bahwa gunung adalah media untuk menempa pribadi manusia sebelum akhirnya mendapatkan ilmu yang berasal dari Tuhan. Ilmu yang tak terbatas dan tidak bisa didapatkan hanya dari sekolah atau kuliah saja. Ilmu apakah itu? Ilmu tentang “hakikat diri dan Pemahaman akan arti kehidupan”. Bagaimana cara memahaminya? Salah satu caranya adalah dengan “Banyak mendaki gunung”. Demikian tadi beberapa tingkatan dalam mendaki gunung jika dilihat dari tujuannya. Namun diantara tingkatan tersebut sebenarnya masih ada tingkatan yang jauh lebih rendah lagi, yaitu mendaki gunung untuk “Eksploitasi hutan atau merusak hutan”. Namun tidak saya masukkan dalam tingkatan tersebut karena saya beranggapan itu seharusnya bukan merupakan tujuan mendaki gunung bagi para pendaki gunung. Jadi pastikan terlebih dahulu tujuan kita sebenarnya sebelum kita mendaki gunung, sehingga kegiatan yang kita lakukan nanti tidak akan sia-sia, dan jika nanti seandainya kita terpaksa harus mati di gunung sekalipunpun, maka kita tidak akan mati konyol karena minimal kita sudah memiliki tujuan yang jelas. Tak ada pendaki yang mati di gunung, mati sia-sia. Mereka hanya manusia biasa yang telah berani menghargai hidup dan memenuhi takdirnya saja. ‘Kematian’ ketika mendaki gunung adalah resiko yang harus dihadapi dengan keberanian.

Sabtu, 18 Juni 2016

MENDAKI SEBAGAI NILAI MORAL

Ada beberapa tingkatan “Tujuan mendaki gunung”, yakni sebagai berikut: Tujuan mendaki gunung yang pertama, bisa dibilang tujuan yang paling rendah adalah ”Untuk hobi atau kesenangan pribadi semata”. Para pendaki gunung yang bertujuan untuk hobi ini, biasanya mendaki gunung untuk sekedar rekreasi, mengisi waktu luang atau melepas kepenatan. Orang-orang ini mendaki gunung untuk menikmati pemandangan alam, menghirup udara segar atau berkemah bersama teman-teman. Puncak gunung bukanlah harga mati, karena yang mereka kejar hanyalah kesenangan semata. Jadi meskipun mereka mendaki gunung tidak sampai ke puncak, sebenarnya mereka sudah cukup puas. Tingkat kedua, tujuan mendaki gunung “Untuk prestise atau mendapatkan pengakuan”. Para pendaki yang mendaki gunung untuk tujuan seperti ini, yang mereka kejar hanya puncak. Jadi puncak gunung adalah harga mati bagi mereka. Bagaimanapun caranya, puncak harus bisa diraih, karena mereka beranggapan semakin banyak puncak gunung yang dikoleksi,maka prestise akan meningkat pula dan Ia-pun akan mendapat pengakuan dari orang lain (meskipun kenyataannya justru dianggap sombong dan kurang begitu dianggap oleh kebanyakan pendaki). Tingkatan yang lebih tinggi yakni “ Untuk pengalaman dan Ilmu pengetahuan”. Orang-orang yang bertujuan seperti ini tidak hanya “pendaki gunung atau petualang saja”, tetapi bisa juga para ahli yang mendaki gunung untuk keperluan penelitian. Contoh: Seorang ahli “Vulkanologi” harus mendaki gunung untuk meneliti keadaan kawah sebuah gunung, Seorang pendaki yang mendaki gunung untuk keperluan membuat peta, seorang ahli yang mendaki gunung untuk keperluan meneliti jenis-jenis hewan dan tumbuhan di sebuah gunung, seorang petualang yang mendaki gunung untuk membuka jalur pendakian atau mencari lokasi sumber air dsb. Orang-orang yang memiliki tujuan ini, biasanya mengabaikan “Prestise”atau bahkan “nyawanya” sekalipun karena tujuan utama mereka adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam benak mereka. Demi ilmu pengetahuan dan pengalaman baru sehingga bermanfaat untuk dirinya dan juga orang lain. Tingkatan selanjutnya yang lebih tinggi adalah “ Untuk pelestarian alam atau misi penyelamatan”. Biasanya banyak dari kalangan para “Pecinta alam” (Pecinta alam yang sebenarnya),Tim SAR atau polisi hutan. Mereka mendaki gunung untuk kelestarian alam, misalnya reboisasi di lereng gunung, ekspedisi bersih-bersih gunung dari coretan-coretan dan sampah gunung, perbaikan jalur pendakian untuk mencegah adanya jalur-jalur bayangan yang akan menyesatkan pendaki, Tim SAR yang mendaki gunung untuk mencari pendaki yang hilang, para polisi hutan yang mendaki gunung untuk menjaga hutan dari bahaya kebakaran atau memburu para penebang dan pemburu liar. Tingkatan berikutnya yang lebih tinggi lagi adalah “Untuk mengasah pribadi dan menemukan hakekat diri”. Orang-orang yang memiliki tujuan seperti inilah orang yang mampu berguru pada alam. Mereka mendaki gunung untuk menyendiri dan merenung guna mendapatkan kedamaian dan pencerahan dari Tuhan dengan mengakrabi alam. Karena dengan begitu mereka akan tahu bahwa dirinya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan alam apalagi Tuhan. Tujuan mendaki gunung seperti ini tidak hanya bisa dilakukan oleh para pertapa saja, yang biasanya mendaki gunung dan tinggal disana dalam waktu yang cukup lama sampai mendapat ilmu. Namun, sebenarnya para pendaki gunung biasa juga bisa memiliki tujuan seperti ini, kebanyakan para pendaki yang sudah cukup berpengalaman biasanya mendaki gunung untuk tujuan seperti ini. Mereka mendaki gunung bukan lagi untuk hobi atau mengejar prestise, tetapi mereka mendaki karena “panggilan jiwa” yang harus terus dipenuhi. Mereka seolah tak bisa hidup jauh dari gunung. Meskipun telah lama tidak mendaki gunung, namun keinginan untuk mendaki itu pasti akan tetap ada karena sudah menjadi kebutuhan. Mereka meyakini bahwa ada banyak pelajaran yang bisa diperoleh dari mendaki gunung. Dengan mengakrabi alam, maka dengan sendirinya alam akan mengajarkan banyak ilmu kepada kita. Jadi, jelas bahwa gunung adalah media untuk menempa pribadi manusia sebelum akhirnya mendapatkan ilmu yang berasal dari Tuhan. Ilmu yang tak terbatas dan tidak bisa didapatkan hanya dari sekolah atau kuliah saja. Ilmu apakah itu? Ilmu tentang “hakikat diri dan Pemahaman akan arti kehidupan”. Bagaimana cara memahaminya? Salah satu caranya adalah dengan “Banyak mendaki gunung”. Demikian tadi beberapa tingkatan dalam mendaki gunung jika dilihat dari tujuannya. Namun diantara tingkatan tersebut sebenarnya masih ada tingkatan yang jauh lebih rendah lagi, yaitu mendaki gunung untuk “Eksploitasi hutan atau merusak hutan”. Namun tidak saya masukkan dalam tingkatan tersebut karena saya beranggapan itu seharusnya bukan merupakan tujuan mendaki gunung bagi para pendaki gunung. Jadi pastikan terlebih dahulu tujuan kita sebenarnya sebelum kita mendaki gunung, sehingga kegiatan yang kita lakukan nanti tidak akan sia-sia, dan jika nanti seandainya kita terpaksa harus mati di gunung sekalipunpun, maka kita tidak akan mati konyol karena minimal kita sudah memiliki tujuan yang jelas. Tak ada pendaki yang mati di gunung, mati sia-sia. Mereka hanya manusia biasa yang telah berani menghargai hidup dan memenuhi takdirnya saja. ‘Kematian’ ketika mendaki gunung adalah resiko yang harus dihadapi dengan keberanian.

MENGASAH PRIBADI DENGAN MENDAKI GUNUNG

MENDAKI GUNUNG DAPAT MENGASAH PRIBADI Seperti halnya melukis , membuat lagu atau mengarang, awalnya adalah sekedar untuk hobi atau kesenangan semata. Namun apabila ditekuni dengan sungguh-sungguh sampai mendarah daging maka kegiatan hobi tersebut tak ubahnya seperti kebutuhan makan dan minum saja. Hingga tak disadari bahwa kegiatan yang ditekuni karena kesenangan itu kelak mampu mengubah pribadi seseorang. Ya..........semua berawal dari sekedar hobi yang terus-menerus ditekuni hingga mampu mengubah pribadi seseorang, dari pribadi yang kasar menjadi pribadi yang lebih lembut dan sabar. Sebagaimana kata Ki Hajar Dewantara, bahwa Seni itu sebagai penghalus budi pekerti. Dan orang-orang yang berkecimpung dalam dunia seni termasuk seni mendaki gunung, artinya mendaki gunung dengan menggunakan akal dan perasaan, dasarnya adalah kesenangan. Mendaki gunung adalah kegiatan yang didasari karena kesenangan, dan apabila terus menerus ditekuni maka tidak lagi untuk kesenangan melainkan sudah menjadi kebutuhan. Jika kebutuhan itu terus dipenuhi maka dengan sendirinya akan merubah sikap dan perilakunya. Seharusnya perubahan sikap dan perilaku tersebut adalah lebih baik bukan menjadi lebih buruk. Melalui kegiatan mendaki gunung, kita akan mampu mengenali pribadi teman yang sebenarnya. Sebab, ketika kita mendaki gunung, beberapa karakter pribadi orang yang sebenarnya akan nampak karena situasi yang sedang dihadapi. Misalnya: Kelelahan, kedinginan, kehabisan bekal makanan atau air, terjebak badai, tersesat, mengalami musibah kecelakaan, ada teman yang sakit, atau bahkan karena gagal sampai ke puncak. Ada yang jujur/tidak jujur, ada yang setia kawan/ tidak setia kawan, ada yang egois/tidak egois, ada yang teliti/ceroboh, ada yang sombong/rendah diri, dll. Karena itu dengan kegiatan mendaki gunung, kita akan bisa lebih mengenal karakter pribadi seseorang yang sebenarnya. Kita juga bisa mengamati bahwa ada juga para pendaki yang mendaki gunung sambil membawa narkoba (cimeng). Sungguh sangat disayangkan jika kegiatan yang seharusnya lebih positif, justru akan tercoreng dengan tingkah laku para pendaki yang seperti itu. Melalui kegiatan mendaki gunung, kita akan mampu mengasah pribadi. Dari pribadi yang sombong menjadi pribadi yang lebih rendah diri, dari pribadi perusak menjadi pribadi yang lebih menghargai alam. Siapa yang mengasahnya?....jawabannya adalah Tuhan melalui tangan sang alam. Dengan mendaki gunung, paling tidak kita akan mampu mengetahui bahwa kita hanyalah seperti seekor semut yang merayap lamban di tengah luasnya hutan. Kita hanya mahluk biasa yang tak berdaya jika berada di alam bebas, tidur di tanah, minum air mentah, berlindung dari dinginnya udara, tak berdaya di tengah kabut atau tak berkutik jika tersesat dan kehabisan bekal. Itulah kita, manusia yang sebenarnya, tak berdaya di tengah alam, apalagi untuk melawannya. Lalu apalagi yang kita sombongkan, melawan alam saja tidak berdaya apalagi melawan kekuasaan sang pencipta alam. Demikianlah alam akan mengajarkan kepada kita ilmu tentang “ rendah diri dan tidak sombong”. Jika ada seorang pendaki merasa sombong karena Ia telah merasa menaklukkan sebuah gunung atau ratusan gunung dengan mendaki sampai puncaknya, sesungguhnya Ia mendaki hanya mendapatkan rasa letih saja tidak lebih. Gunung adalah salah satu guru yang mengajarkan banyak ilmu kepada manusia, bagaimana bisa guru akan mengajarkan ilmunya jika muridnya merasa sombong terlebih dahulu? Mendaki gunung hanya untuk kesenangan atau hobi itu tidak salah, tetapi alangkah baiknya jika kita mendaki gunung sekaligus belajar pada alam, yakni belajar tentang segala ilmu yang mungkin dapat diajarkan alam kepada kita. Kemudian, apabila kita sudah memiliki ilmunya maka kita bisa mengajarkannya kepada orang lain yang belum tahu. Dengan demikian, kegiatan mendaki gunung kelak akan menjadi sebuah kegiatan yang jauh lebih bermartabat dan lebih dihargai oleh orang lain.

GUNUNG ADALAH SUMBER ILMU

GUNUNG ADALAH SUMBER ILMU Kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa ada banyak sekali ilmu yang sesungguhnya bisa kita petik dari kegiatan mendaki gunung. Ilmu apa sajakah itu? Berikut ini hanyalah sebagian dari beberapa kelompok ilmu yang bisa diajarkan gunung kepada kita: 1. Ilmu pengetahuan alam Tak dapat dipungkiri, bahwa gunung adalah sumber ilmu pengetahuan. Para peneliti yang gemar meneliti tentang gunung, akhirnya dapat menemukan dan merumuskan beberapa ilmu-ilmu baru yang dapat berguna bagi manusia. Seperti contohnya: Ilmu volcanologi, botani, zoologi, topografi, ilmu batuan, ilmu lapisan tanah, ilmu obat-obatan, arkeologi dsb yang terlalu banyak untuk disebutkan. Cabang-cabang ilmu pengetahuan tersebut, tentu saja tak begitu saja muncul. Melainkan melalui proses pencarian dan penemuan secara berkala oleh orang-orang yang memang senang sekali menjelajah gunung-gunung, dan kegiatan pencarian itulah yang sebenarnya disebut dengan ekspedisi. Jadi ekspedisi bukan sekedar mendaki puncak-puncak gunung lalu pulang kembali tanpa menghasilkan sesuatu. Jika ada kegiatan ekspedisi yang demikian, bisa disebut hanya sekedar kegiatan melakukan hobi mendaki gunung. Bukan melakukan ekspedisi. 2. Ilmu sosial Kegiatan mendaki gunung juga akan berdampak pada bertambahnya wawasan tentang ilmu sosial kita. Sebab, setiap kita mendaki gunung maka kita akan selalu bertemu dan berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sendiri, penduduk desa atau dengan para pendaki yang mungkin kita jumpai. Kita akan belajar bagaimana bergaul, menghormati dan bersikap baik dengan orang lain, karena jika kita tidak mampu beradaptasi dengan baik, maka kita akan merasakan kerugian yang bisa langsung kita rasakan sendiri. Dengan mendaki gunung, mengajarkan kita untuk bersosialisasi, bekerjasama dan menjalin tali persahabatan. Oleh karena itu, setelah melakukan kegiatan mendaki gunung, biasanya kita akan merasakan tali persahabatan terjalin lebih erat daripada sebelumnya. Sebab, kita sudah melalui hidup bersama mengatasi berbagai kesulitan, tidur bersama, makan bersama, susah bersama, dan senang bersama selama beberapa hari di alam bebas. Selain itu, kita juga akan banyak belajar tentang masyarakat desa. Sebab ketika kita melalui desa atau dusun terpencil tempat kita melakukan titik awal pendakian, maka secara tak langsung kita akan belajar mengenal tentang kebudayaan masyarakat baru yang kita temui disana. Baik bahasanya, agamanya, sistem sosialnya, mata pencahariannya, ilmu pengetahuannya, keseniannya, atau adat istiadatnya. Meskipun mungkin kita hanya singgah beberapa hari saja di desa mereka, tapi sebenarnya secara tak langsung kita telah mempelajari sedikit tentang masyarakat desa yang kita singgahi. Dengan demikian, jika kita peka terhadap lingkungan masyarakat yang kita temui, maka kita akan mudah bergaul dengan mereka dan begitu juga dengan mereka akan lebih menghormati kedatangan kita. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika kita hanya sekedar melakukan pendakian gunung tanpa memperhatikan lingkungan masyarakat desa yang kita temui. Kita akan kehilangan beberapa ilmu yang sesungguhnya dapat bermanfaat baik bagi kita sendiri ataupun bagi orang lain. Lebih baik lagi jika kita akan mendaki gunung, sebelumnya juga mempelajari tentang karakter masyarakat di desa tempat kita melakukan titik awal pendakian. Meski terlihat sepele, tetapi sesungguhnya hal ini sangat penting untuk diri kita sendiri. Karena itu jadilah pecinta alam yang gemar menulis rencana dan catatan perjalanan. 3. Ilmu Filsafat Mendaki gunung akan mendekatkan kita kepada alam, hal ini tentu bukan rahasia lagi. Sama halnya dengan seorang pelaut yang mengatakan bahwa ‘dengan mengarungi lautan kita akan mengenal diri kita dan bisa lebih menghormati alam’. Sebenarnya hampir sama antara pelaut, pendaki gunung, penerbang atau bahkan astronot. Semakin kita menjelajahi alam maka kita justru akan merasa dekat dengan alam, baik sebagai sahabat atau musuh sekalipun. Jika kita merasakan kedekatan dengan alam dan mengenal alam dengan baik, maka dengan sendirinya kita akan tahu siapakah sebenarnya kita ini. Jika kita sedang berada di tempat yang aman dan nyaman, berada di rumah, gedung atau hotel dengan dikelilingi orang-orang terdekat kita. Mungkin kita akan merasa sebagai manusia yang memang lebih unggul dari makhluk lainnya. Tetapi jika sedang berada di tengah hutan yang gelap, dikelilingi kabut dan udara yang menusuk tulang. Kita akan tahu bahwa kita hanyalah makhluk yang paling lemah. Kita kalah jauh dengan tumbuhan dan hewan yang mampu bertahan hidup di tengah hutan tanpa membawa bekal makanan atau tenda untuk berlindung dari hujan dan dinginnya udara. Dengan mendaki gunung, kita akan terbiasa merasakan betapa lemahnya diri kita dan betapa dahsyatnya kekuatan sang alam. Apalagi penciptanya? Apabila kita sampai di puncak-puncak gunung, kita akan melihat pemandangan yang sangat menakjubkan. Di atas kita, ada langit yang seolah begitu dekat dan luas. Di bawah kita, terhampar dataran yang dihuni oleh berjuta-juta manusia dengan berbagai kesibukannya. Dan ternyata kita hanyalah satu diantara berjuta-juta makhluk yang tinggal di bawah sana. Semua tampak seperti debu yang bertebaran di padang yang luas. Apa lagi yang bisa kita sombongkan? Demikianlah, dengan mendaki gunung kita akan merasakan kedekatan dengan alam yang pada akhirnya akan mengantarkan kita kepada kedekatan diri kita dengan Tuhan. Jadi dengan mendaki gunung, kita akan belajar ilmu agama yang jauh lebih tinggi, yakni ilmu hakikat diri. Hal-hal demikian ini, sesungguhnya sudah dibuktikan oleh para nabi dan kaum petapa yang gemar sekali mendaki gunung untuk sekedar bertapa dan menyendiri guna mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan menyendiri di gunung-gunung selama beberapa hari bahkan sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun, mereka merasakan kedekatan dengan Tuhannya. Sampai pada akhirnya, mereka dikaruniai beberapa ilmu yang tak semua orang bisa mendapatkannya. Ilmu hakikat. “Jika kita mampu mengenali diri sendiri, maka kita akan mengenali Tuhan” (Petikan kalimat dari para kaum hukamah/sufi)

Jumat, 17 Juni 2016

SEBUAH KISAH KECIL DARI GUNUNG

Sebuah Kisah Kecil dari Gunung Seorang bocah mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaki gunung bersama ayahnya. Entah mengapa, tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. “Aduhh!” jeritannya memecah keheningan suasana pegunungan. Si bocah amat terkejut, ketika ia mendengar suara di kejauhan menirukan teriakannya persis sama, “Aduhh!”  Dasar anak-anak, ia berteriak lagi, “Hei! Siapa kau?” Jawaban yang terdengar, “Hei! Siapa kau?” Lantaran kesal mengetahui suaranya selalu ditirukan, si anak berseru, “Pengecut kamu!” Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa. Ia bertanya kepada sang ayah, “Apa yang terjadi?”  Dengan penuh kearifan sang ayah tersenyum, “Anakku, coba perhatikan.” Lelaki itu berkata keras, “Saya kagum padamu!” Suara di kejauhan menjawab, “Saya kagum padamu!” Sekali lagi sang ayah berteriak “Kamu sang juara!” Suara itu menjawab, “Kamu sang juara!” Sang bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti. Lalu sang ayah menjelaskan, “Suara itu adalah GEMA, tapi sesungguhnya itulah KEHIDUPAN.”  Kehidupan memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu. Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila kamu ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya ciptakan cinta di dalam hatimu. Bila kamu menginginkan tim kerjamu punya kemampuan tinggi, ya tingkatkan kemampuan itu. Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah kau berikan kepadanya. Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan tapi sebuah bayangan dirimu.

Kamis, 16 Juni 2016

Beberapa Mitos Pendakian Gunung

Mitos-mitos Mendaki Gunung 1. Ada yang bilang kalo pendakian harus berjumlah genap 2. Ada yang bilang kalo cewek yang sedang haid usahakan tidak ikut mendaki dulu 3. Ada yang bilang kalo jangan menyebut nama tokoh pewayangan 4. Ada yang bilang kalo jangan bersiul sebab mengundang si "Empunya" gunung.. 5. Ada yang bilang untuk daerah-daerah gunung tertentu dilarang memakai warna-warna tertentu, misal buat daerah lawu dilarang pakai baju ijo. 6. Ada yang bilang untuk daerah gunung agung (Bali) gak boleh bawa daging sapi dan yang mens terus di gunung batur harus bawa selendang. 7. Ada yang bilang kalo di daerah gunung lawu jangan berjalan 3 orang karena seperti gotong mayat, biar selamat disuruh bawa sebatang pohon selama perjalanan. 8. Ada yang bilang kalo di daerah Merbabu jangan menggunakan pakaian berwarna merah karena di anggap menantang si Empunya gunung 9. Ada yang bilang kalo di daerah Gunung Lawu jangan ganggu dan ikuti burung jalak di sana sebab bisa nyasar. (Source: http://kaskushootthreads.blogspot.jp/2014/02/pantangan-pantangan-yang-harus-ditaati.html) Untuk alasan mitos memang belum tau ilmunya, mungkin jika ada mitos lain bisa dishare di kolom komentar. Walaupun kita tidak percaya tentang mitos, setidaknya kita tahu mitos-mitos yang ada. Kalau bisa ya dilakukan, toh juga buat keselamatan diri kita sendiri. Mungkin itu dulu pembahasan mengenai pantangan-pantangan, setidaknya bisa kita lakukan toh juga untuk keselamatan dan kenyamanan kita saat naik gunung. Setan, binatang buas, dan makhluk-makhluk lainnya memang banyak di gunung, namanya juga alam bebas. Oleh sebab itu adanya pantangan yang harus diperhatian, tujuannya tak lain untuk menghindari dari hal-hal tersebut. Terimakasih, semoga bermanfaat dan salam sukses.

Rabu, 15 Juni 2016

RENUNGAN

coba kita renungkan dan pikirkan baik-baik, pada saat kita semua menikmati alam ini setidaknya kita berniat untuk tidak merusaknya. mulailah berpikir solusi apa saja yang bisa kita ambil untuk menjaga dan mensejahterakan alam kita ini. alam tempat kita bernaung dan bersandar. tempat kita berbisik tenang dengan harapan di masa yang akan datang.

Kita semua tidak perlu berbuat banyak, berbicara lantang di forum atau media sosial, cukuplah kita bisa mulai menjaga kebersihan dan keasrian alam ini dari linkungan terkecil yaitu tempat tinggal kita sendiri. alam tidak membutuhkan pujian, "Alam kita adalah bumi yang subur, kekayaannya melimpah ruah... dan blablablabla". tapi satupun tidak ada yang memperdulikan dengan kelangsungan dan bagaimana ekosistem alam kita ini

Minggu, 12 Juni 2016

BERAGAM JENIS HUTAN

Beragam Jenis Hutan serta Manfaatnya

Hutan secara umum dapat diartikan sebagai suatu lahan luas yang banyak ditumbuhi pepohonan dan tidak dipelihara oleh orang atau tumbuh dengan sendirinya, secara liar.

A. Bagian Hutan Hutan seakan mempunyai tiga bagian. Bagian atas tanah, permukaan tanah, bawah tanah. Pada bagia atas tanah ada mahkota pohon, semak belukar, tanaman perdu, batang kayu. Pada bagian permukaan tanah terdapat rerumputan dan guguran dari daun, batang, atau cabang pohon. Guguran ini sangat subur dan merupakan habitat mikroorganisme juga serangga. Untuk bagian bawah tanah hutan, pastilah subur juga. Berkat humus dari daun, bunga, batang, atau cabang yang gugur. Menjadi tempat hidup cacing tanah.

B. Manfaat Hutan Hutan yang berisi aneka macam pepohonan, semak belukar, tanaman perdu, tentunya sangat bermanfaat tidak hanya bagi makhluk hidup, tapi juga lingkungan sekitarnya.

Beberapa manfaat dari hutan, antara lain :
- Paru-paru dunia 
Pepohonan adalah penghasil oksigen. Dan dalam hutan terdapat berbagai macam pepohonan. Hutan berperan penting memenuhi kebutuhan oksigen di bumi.
- Habitat alami hewan. 
Hutan adalah rumah/tempat tinggal bagi beragam flora dan fauna. Akan tetapi akibat terjadinya penebangan berlebihan, pembakaran hutan, habitat mereka jadi musnah. Hewan-hewan dan tumbuhan banyak mengalami kepunahan.
- Dapat menyerap dan menyimpan karbon. 
Pepohonan yang tumbuh dengan baik di hutan akan dapat menyerap karbondioksida dari atmosfer bumi dan disimpan dalam akar, daun, tanah.
- Kebutuhan manusia terpenuhi.  Hutan bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan manusia, sebagai contoh adalah menghasilkan kayu untuk mebel, rotan, madu, daun-daunan yang berguna sebagai obat herbal.
- Tempat bergantung. 
Orang-orang yang mata pencahariannya bersinggungan dengan hutan, hasil-hasil hutan berupa kayu, madu, dan sebagainya, sangat bermanfaat dan menjadi tempat menggantungkan hidup. Termasuk juga flora dan fauna di dalamnya.
- Mencegah banjir. 
Hutan yang terdapat di wilayah dataran rendah dapat menghambat air dan mencegah terjadinya banjir (Penyebab banjir).
- Berperan dalam mengatur iklim.  Iklim yang sejuk dipengaruhi adanya hutan-hutan yang fungsinya masih baik. Sehingga dapat menciptakan udara segar bagi lingkungan.
- Sarana berolahraga. 
Hutan pun bermanfaat untuk melakukan bermacam olahraga. Contohnya adalah olahraga sepeda, kemah, hiking, dan sebagainya.
- Tempat penelitian. 
Para pakar ekosistem sangat senang melakukan riset terhadap berbagai jenis satwa atau flora yang terdapat di hutan.
- Menyimpan cadangan air.  Pepohonan yang tumbuh di hutan dapat menyimpan air dalam jumlah besar sebagai cadangan.
- Cegah longsor dan erosi. 
Akar tumbuhan atau pohon yang kokoh bisa menghindarkan kita dari bahaya erosi dan tanah longsor.
- Wisata. 
Pengelolaan hutan yang baik dapat membuat hutan jadi tempat wisata edukasi yang menarik untuk dikunjungi.

C. Fungsi Hutan
- Fungsi konservasi. 
Hutan yang difungsikan untuk melestarikan alam, flora, fauna, wisata alam.
- Fungsi produksi. 
Hutan difungsikan untuk memproduksi kayu dan hasil hutan lainnya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
- Fungsi lindung. 
Hutan yang befungsi melindungi tata air dan tanah bagi kawasan di sekelilingnya.
- Penyerap air. 
Hutan dapat menyerap air, mencegah banjir dan erosi.
- Penghasil udara bersih. 
Hutan yang ditumbuhi pepohonan, menghasilkan oksigen dan penyumbang oksigen terbesar di bumi.

Berikut ini adalah beberapa jenis jenis hutan di Indonesia dan dunia serta manfaatnya :

1. Jenis-jenis Hutan Berdasarkan Asalnya
- Hutan tinggi adalah hutan yang jenis pohonnya berasal dari biji, fisik pohon cenderung tinggi, dan memiliki umur panjang.
- Hutan sedang atau hutan campuran adalah hutan yang pohonnya banyak berasal dari tunas dan biji.
- Hutan rendah adalah hutan yang jenis pohonnya berasal dari tunas, fisik pohon cenderung rendah.

Ada juga yang mengelompokkan jenis hutan berdasarkan asalnya ke dalam dua kategori, yaitu :
- Hutan primer adalah jenis hutan yang belum pernah dirambah oleh manusia dan masih murni.
- Hutan sekunder adalah jenis hutan yang tumbuh kembali dengan sendirinya. Hutan ini tumbuh setelah mengalami penebangan luas atau rusak cukup parah. Biasanya spesies pohonnya pendek dan berukuran kecil. Akan tetapi jika dibiarkan dalam jangka waktu lama, kita akan sulit untuk membedakan mana hutan primer dan mana hutan sekunder karena hutan sekunder pun bila sudah masuk usia beberapa ratus tahun akan berubah menjadi hutan primer.

2. Jenis Hutan Berdasarkan Fungsi
- Hutan suaka alam adalah hutan yang dimanfaatkan sebagai perlindungan terhadap alam (alam hayati). Yang termasuk dalam hutan suaka alam adalah cagar alam yang merupkan tempat perlindungan spesies tumbuhan dan satwa yang perlu perlindungan. Selain itu ada juga suaka margasatwa yang merupakan tempat perlindungan berbagai jenis satwa (terdapat pula jenis satwa unik).
- Hutan wisata yang diperuntukkan khusus untuk pariwisata (taman laut, taman wisata, dsb).Hutan lindung adalah jenis hutan yang bermanfaat untuk menjaga kondisi/kelestarian tanah dan air di wilayah tertentu.
- Hutan produksi adalah hutan yang dimanfaatkan untuk menghasilkan kayu atau non kayu. Dipakai sebagai mebel, obat-obatan, dalam industri kayu.

3. Jenis Hutan Menurut Proses Terjadinya
- Hutan alami/asli adalah hutan yang terbentuk secara alamiah (sebagai contoh hutan rimba).
- Hutan buatan adalah hutan yang terbentuk karena campur tangan manusia/buatan manusia. Sebagai contoh adalah hutan mangrove. Memang kebanyakan mangrove terbentuk secara alami, tetapi ada juga yang dibuat oleh manusia untuk membentengi bibir pantai dari hantaman gelombang laut yang kuat.

4. Hutan Menurut Tempatnya
- Hutan rawa adalah jenis hutan yang tumbuh di daerah atau tempat yang tergenang air tawar/ tergenang oleh air tawar secara musiman.
- Hutan pantai adalah hutan yang tumbuh di tepian pantai dan tidak terpengaruh iklim.
- Hutan pegunungan adalah hutan yang pertumbuhan dan perkembangannya ada di wilayah pegunungan dengan ketinggian kurang lebih 1200-3350 meter di atas permukaan air laut.

5. Hutan Menurut Jenis Pohonnya
- Hutan homogen adalah hutan yang ditumbuhi satu jenis tumbuhan saja. Contoh dari hutan homogen diantaranya hutan pinus, jati. Biasanya hutan homogen dibuat dengan maksud/tujuan tertentu seperti untuk penghijauan atau reboisasi.
- Hutan heterogen adalah hutan yang isinya bermacam jenis tumbuhan (pepohonan). Jenis hutan ini memiliki ciri pohon yang tinggi dengan daun pohon lebar. Di Indonesia banyak ditemui jenis hutan heterogen karena hutan ini biasanya terdapat di daerah tropis. Salah satu contoh hutan heterogen adalah hutan rimba.

6. Hutan Menurut Tujuannya
- Taman nasional adalah suatu daerah yang mendapat perlindungan dari pemerintah pusat. Taman nasional ini dilindungi dari berbagai polusi dan perkembangan manusia. Yang merupakan taman nasional terbesar yaitu Northeast Greenland National Park, berdiri sejak 1974.
- Hutan konservasi adalah hutan dengan suatu ciri khas yang berguna untuk menjaga kelangsungan aneka satwa dan tumbuhan termasuk ekosistemnya. Contoh dari hutan konservasi adalah taman wisata alam dan taman nasional.
- Hutan konversi adalah jenis hutan yang manfaatnya untuk keperluan pembangunan di luar bidang kehutanan. Contohnya transmigrasi, peternakan, pertambangan, perkebunan.
- Hutan lindung adalah suatu wilayah hutan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah maupun masyarakat sekitar supaya dilindungi, dengan tujuan menjaga fungsi ekologis hutan tersebut. Penjagaan hutan bertujuan agar masyarakat masih tetap bisa menikmati hasil dan manfaat dari hutan, seperti tata airnya serta kesuburan tanahnya. Beberapa fungsi hutan lindung bagi masyarakat dan lingkungan antara lain adalah mencegah terjadinya banjir, cegah intrusi air laut, tata air teratur, kesuburan tanah terjaga, pengendalian terhadap erosi.
- Hutan produksi adalah hutan yang memiliki manfaat untuk memproduksi berbagai hasil hutan yang bermanfaat bagi masyarakat. Terdapat batasan berupa HPH (Hak Penguasaan Hutan) bagi hutan yang dikelola untuk menghasilkan kayu. Penebangan harus diikuti penanaman kembali, supaya hutan tetap lestari. Kini kebanyakan menebang hutan seenaknya, kawasan HPH pun sering gundul akibat penebangan berlebihan.

7. Hutan Menurut Iklim
- Hutan hujan tropis adalah jenis hutan yang tumbuh di daerah dengan curah hujan tinggi/daerah tropis. Hutan yang memiliki banyak spesies invertebrata dan vertebrata ini mempunyai ciri daun yang lebar, pohon berukuran tinggi, dan banyak pohonnya (rimbun) sehingga selalu terlihat hijau.
- Hutan hujan iklim sedang merupakan sejenis hutan yang sangat luas (berukuran raksasa) yang banyak dijumpai di Australia dan sepanjang pantai Pasifik meliputi California, Washington, Amerika Utara.
- Hutan musim tropik adalah jenis hutan yang tumbuh di daerah tropik dengan iklim yang basah, akan tetapi musim kemaraunya berlangsung lama/panjang. Jenis hutan ini banyak dijumpai di Asia Tenggara dan juga India. Ketika musim kemarau tiba, pohon-pohon di hutan ini akan meranggas (menggugurkan daun).
- Hutan pegunungan tropik adalah sejenis hutan yang mirip dengn hutan hujan iklim sedang. Dengan struktur dan karakteristik berbeda.
- Hutan gugur iklim sedang adalah jenis hutan yang tumbuh di daerah yang iklimnya sedang cenderung basah. Pohon yang terdapat di dalamnya adalah pohon berdaun lebar yan akan menggugurkan daun ketika musim dingin. Wilayah persebaran hutan gugur iklim sedang antara lain Amerika Tengah, Eropa, Amerika Serikat, Asia Timur.
- Hutan lumut adalah hutan yang memiliki spesies pohon kerdil dan ditumbuhi oleh lumut. Hutan lumut tumbuh di daerah yang mempunyai ketinggian sekitar 2500 m.Taiga adalah hutan yang banyak ditumbuhi tanaman jenis konifera yang batang, daun, cabang, memiliki bentuk kerucut (jarum) dan hijau sepanjang tahun. Taiga banyak terdapat di Eropa, Asia, Amerika Utara. - Sabana adalah padang rumput tropis yang di dalamnya juga terdapat pohon besar. Bisa diartikan juga sebagai daerah peralihan antara hutan dengan padang rumput. Sabana dapat dijumpai di Australia dan Brazil.
- Gurun adalah padang pasir kering, daratan luas yang tidak memiliki pepohonan, panas, dan jenis tanamannya didominasi oleh kaktus.

8. Hutan Bedasarkan Umurnya
- Hutan seumur adalah hutan yang spesies tanamannya berumur serupa. Sebagai contoh adalah hutan tanaman.
- Hutan tidak seumur adalah hutan yang spesies tanamannya memiliki umur yang berbeda-beda. Sebagai contoh adalah hutan alam.

9. Hutan Berdasarkan Sifat Pembuatan
- Hutan alam atau natural forest
- Hutan buatan (man-made forest), contohnya hutan rakyat, hutan tanaman industri, hutan kota.

10. Hutan Berdasarkan Sifat Tanah
- Hutan mangrove adalah hutan yang kebanyakan tumbuh di tepian pantai. Jenis-jenis pohonnya antara lain pohon bakau, pedada, api-api, dan sebagainya.
- Hutan pantai adalah jenis hutan yang membentang di sepanjang pantai berpasir akan tetapi tidak landai. Jenis pohonnya antara lain pohon ketapang, pandan, waru, cemara laut. Hutan pantai terdapat di daerah selatan Jawa.
- Hutan rawa adalah hutan yang kebanyakan spesies pohonnya adalah pohon rawa seperti kempas, ramin, nyatoh.

11. Hutan Berdasarkan Keadaan Tanah
- Hutan rawa gambut adalah hutan yang sebagian besar berada di belakang tanggul sungai, hidup di lahan basah/tergenang air. Hutan ini terbentuk dari tumpukan bahan-bahan organik atau yang biasa disebut tanah gambut. Banyak terdapat di dekat pantai timur Sumatera, Papua, Kalimantan. Jika jumlahnya besar, hutan ini dapat berbentuk seperti kubah dan membentang di antara dua sungai yang besar.
- Hutan rawa air tawar adalah hutan yang selalu tergenang air tawar tanpa kenal musim.
- Hutan rawa bakau adalah hutan rawa yang ditumbuhi jenis tanaman bakau.
- Hutan tanah kapur adalah hutan yang tanahnya merupakan hasil pelapukan batu kapur.
- Hutan kerangas adalah hutan yang sangat sensitif terhadap gangguan, misal kebakaran hutan. Kerangas merupakan bahasa dayak Iban yang artinya tanah yang tak dapat ditanami padi. Kandungan tanah hutan kerangas miskin unsur hara. Beberapa spesies yang dapat hidup di hutan kerangas adalah kantung semar dan geronggang. Kantung semar dapat menangkap serangga dan menyerap nutrisinya sehingga dapat bertahan hidup di tanah hutan kerangas yang ekstrim. Geronggang merupakan sejenis pohon yang dapat hidup di lahan hutan yang pernah terbakar, berbatang keras, dan dapat bertahan dari panas.

12. Hutan Berdasarkan Letak Geografis
- Hutan tropika adalah hutan yang terdapat di daerah khatulistiwa.
- Hutan boreal adalah hutan yang ada di wilayah kutub.
- Hutan temperate merupakan hutan yang banyak tumbuh di daerah yang memiliki empat musim.

13. Hutan Berdasarkan Ketinggian
- Hutan pantai
- Hutan pegunungan bawah adalah jenis hutan yang tumbuh pada ketinggian antara 1000-1500 meter di atas permukaan air laut. Hutan ini disebut juga submontana.
-Hutan pegunungan atas adalah jenis hutan yang tumbuh pada ketinggian antara 1000-2400 meter di atas permukaan air laut.
- Hutan dataran rendah adalah hutan yang berkembang di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-1200 meter. Yang termasuk hutan dataran rendah adalah hutan hujan tropis yang dapat ditemui di Kalimantan dan Sumatera.
- Hutan kabut adalah hutan yang tumbuh di daerah tropis, biasanya dikelilingi oleh kabut (walau sedikit) dan awan. Curah hujannya tinggi dan minim pencahayaan.
- Hutan elfin adalah hutan kecil dengan spesies pohon kerdil yang sekelilingnya juga terdapat lumut.

14. Hutan Berdasarkan Susunan Jenisnya
- Hutan sejenis adalah hutan yang sebagian besar ditumbuhi pohon yang sejenis. Biasanya dapat tumbuh secara alami atau merupakan hutan buatan. Contohnya hutan tusam di daerah Kerinci dan Aceh.
- Hutan campuran adalah hutan dengan berbagai jenis dan spesies pepohonan. Selain dua hutan tersebut, ada pula yang mengelompokkan hutan berdasarkan susunan jenisnya menjadi hutan daun jarum atau yang lebih dikenal dengan hutan konifer dan hutan daun lebar, sebagai contoh adalah hutan meranti.

15. Hutan Berdasarkan Cara Tumbuh Kembali
- Hutan dengan permudaan alami adalah serbuk bunga maupun biji pohon tersebar bukan dilakukan oleh manusia, melainkan oleh angin, air, atau hewan.
- Hutan dengan permudaan campuran adalah hutan yang tumbuh dengan diserbukkan alami dan sebagian ada peran manusia dalam rangka menumbuhkan hutan kembali.
- Hutan dengan permudaan buatan adalah hutan yang tumbuh akibat serbuk bunga maupun biji yang disebarkan oleh manusia.

16. Hutan Menurut Biogeografi
- Kawasan Paparan Sahul (bagian timur) jenis hutan termasuk flora dan faunanya banyak menyerupai yang ada di benua Australia.
- Kawasan Paparan Sunda (bagian barat) jenis hutan termasuk flora dan faunanya banyak menyerupai yang terdapat di benua Asia/daratan Asia.
- Kawasan Wallace/laut dalam (bagian tengah) jenis hutan termasuk flora dan faunanya merupakan jenis endemik atau hanya terdapat di tempat tersebut dan tidak bisa ditemukan di wilayah lainnya.

17. Hutan Menurut Pemanfaatan Lahan
- Hutan tetap : 88,27 juta ha
- Hutan konservasi : 15,37 juta ha
- Hutan lindung : 22,10 juta ha
- Hutan produksi terbatas : 18,18 juta ha
- Hutan produksi tetap : 20,62 juta ha
- Hutan produksi yang dapat dikonversi : 10,69 juta ha
- Areal pegununan non hutan : 7,96 juta ha.

Penyebab Rusaknya Hutan
1. Penegakan Hukum Lemah Maraknya perusakan dan pembakaran hutan oleh manusia disebabkan hukum yang lemah. Hukuman berat tidak bisa menjangkau otak dari pembakar hutan tersebut. Kebanyakan yang ditangkap baru pelaku di lapangan atau orang yang membakar lahan. Biasanya pelaku lapangan ini adalah orang-orang suruhan dengan bayaran tertentu. Tidak ada ketegasan hukum bagi pelaku yang merupakan otak atau yang menyuruh membakar lahan. Mereka seolah tidak tersentuh hukum.
2. Mental Manusia Cara pandang manusia yang beraliran antrhropocentric (kebanyakan menganut pemikiran ini) mengakibatkan manusia berpikir bahwa ia adalah pusat atau tujuan akhir alam semesta ini. Manusia jadi egois dan dominan. Tindakan yang dilakukan hanya untuk kepentingan diri semata tanpa memikirkan dampak lainnya. Lebih cenderung memikirkan kepentingan yang sekarang (ada di depan mata) daripada kepentingan masa depan (yang akan datang nanti). Hutan hanya dianggap sebagai sumber pendapatan. Hutan dieksploitasi dan dimanfaatkan seenaknya sendiri, sesuka hatinya. Membuka hutan yang biasa dilakukan dengan penebangan hutan berlebih atau pembakaran dengan alasan untuk lahan pertanian, sangat sering terjadi dan tidak hanya menimpa satu kawasan hutan saja, melainkan berpindah dari satu hutan ke hutan lainnya. Para pengusaha banyak menjadikan lahan hutan yang sudah bersih itu sebagai tempat pertambangan dan perkebunan. Mereka beralasan membuka hutan untuk kepentingan masyarakat, karena dapat membuat lapangan pekerjaan dan mengurangi jumlah pengangguran. Eksploitasi hutan berlebihan tanpa dibarengi dengan penanaman kembali hutan tersebut berdampak pada rusaknya hutan.
3. Kepentingan Perekonomian Kepentingan ekonomi selalu di atas kepentingan pelestarian ekologi. Pelestarian ekologi menjadi tersisihkan. Pengelolaan hutan berjalan segaris dengan percepatan otonomi daerah. Seperti yang kita tahu, otonomi daerah akan mendorong tiap-tiap daerah untuk mencari sumber daya alam paling banyak. Daerah padat sumber daya alam biasanya dijadikan pusat dari industri dikarenakan kemampuan dalam mengolah teknologi yang belum memadai, cenderung rendah. Dan anggapan bahwa eksploitasi hutan (termasuk juga sumber daya alam lain) merupakan cara termudah. Sehingga banyak yang menggantungkan investasinya di hasil-hasil alam. Untuk hutan, hasilnya berupa kayu yang dapat dipakai untuk mebel, rotan, hasil tambang, dan lainnya. Kebanyakan yang melakukan pengerukan hasil-hasil alam, tidak memperhatikan konservasi dan melibatkan para aktivis illegal yang dapat membuat keadaan hutan semakin parah dan rusak. Perebutan ruang atau aset ekonomi sering juga terjadi. Pemerintah daerah menginginkan investasi yang cepat untuk daerahnya, kebanyakan adalah pertambangan atau lahan kelapa sawit. Saat peran dari kawasan konservasi diragukan karena tidak bisa memberi banyak manfaat terutama untuk menunjang perekonomian masyarakat, maka masyarakat dan pemerintah daerah akan susah untuk berpihak pada kawasan konservasi.

Sekilas Tentang Hutan
Hutan banyak terdapat di daerah yang luas di dunia ini dan memiliki beragam fungsi, diantaranya untuk melestarikan tanah, habitat berbagai hewan juga tumbuhan. Persebaran hutan mulai dari pegunungan, daerah beriklim tropis, iklim dingin, dataran tinggi, pantai, dataran rendah, dan lainnya. Selain itu di dalam hutan ada berbagai macam spesies tanaman dan hewan. Pohon adalah sejenis tanaman yang dapat hidup lama (berumur panjang) dan umumnya berukuran tinggi. Pohon berbeda dengan tanaman padi atau sayur karena pohon mempunyai mahkota daun. Kelompok pepohonan baru bisa dinamakan hutan apabila kelompok tersebut dapat menciptakan kondisi yang khas dan iklim tersendiri (berbeda dengan daerah sekitarnya). Flora dan fauna yang hidup di hutan harus pandai beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Karena jika hewan dan tumbuhan tidak bisa beradaptasi, keduanya tidak akan dapat berkembang di kawasan itu dan mungkin mengalami kepunahan atau tersisih. Sebagai contoh adalah ditemukannya spesies bakau di wilayah pantai dangkal. Hal ini disebabkan oleh kemampuan bakau menggunakan akar untuk bernapas sesuai dengan kondisi iklim pantai dan keadaan tanahnya, juga ketahanan pohon ini terhadap air asin. Cara adaptasi tumbuhan dan hewan di kawasan tertentu akan berpengaruh pada keadaan tanah daerah itu. Supaya bisa tetap bertahan di suatu daerah, jenis hewan dan tumbuhan wajib untuk memilih, akan menjadi musuh atau jadi sekutu. Misalnya simbiosis mutualisme yang terjadi antara burung kuntul yang suka hinggap di atas punggung banteng untuk memakan kutu banteng. Kesimpulannya, hutan merupakan satu bentuk kehidupan yang unik, khas, rumit. Di mana semua penghuni hutan saling menyesuaikan diri satu sama lain yang berdampak pada terbentuknya bermacam jenis hutan (hutan rawa, hutan pantai, hutan hujan tropis, sabana, dsb).

Jumat, 10 Juni 2016

MATAHARI TERBIT DAN TENGGELAM

MATAHARI TERBIT DAN TENGGELAM Matahari itu akan tetap ada untuk menyinari kita. bukan berarti ketika ia terbenam ia telah meninggalkan kita. justru ia memberi kesempatan untuk kita merasakan apa itu dingin dan gelap. dari situ kita akan belajar betapa indahnya cahaya dan kehangatan. Matahari terbit tak jauh berbeda indahnya dengan matahari tenggelam. kalau matahari terbit itu punya makna tersendiri. matahari terbit itu artinya duniaku akan cerah, duniaku akan hangat dan hariku akan lebih berwarna, bukan hanya hitam pekat.

Kamis, 09 Juni 2016

Tips Mendaki Gunung Agar Terhindar Dari Risiko Tersesat dan Kecelakaan

Tips Mendaki Gunung Agar Terhindar Dari Risiko Tersesat dan Kecelakaan

Mendaki gunung saat ini sudah menjadi kegiatan yang semakin populer. Rasanya belum keren anak muda kalau belum pernah naik gunung, apalagi setelah dipopulerkan oleh film yang menceritakan kawanan sahabat yang naik Semeru tanpa koordinasi dan persiapan, dan naik Mahameru hanya bermodal 1 Botol Air untuk berenam :D. Ditambah lagi sekarang film tentang pendakian Rinjani, dimana sang aktris naik gunung memakai hotpants dan tanktop :D. Gunung, walaupun semakin populer menjadi destinasi untuk adventure, bukanlah tempat yang bisa diremehkan. Berbeda dengan destinasi lainnya, butuh persiapan yang matang untuk mendaki gunung. Bahkan, walaupun sudah melakukan persiapan, tidak jarang hal yang tidak diinginkan terjadi. Cuaca yang sering berubah, kabut,,badai, hujan, ataupun letusan gunung, menjadi risiko yang bisa mengancam kapanpun. Lalu gimana sih caranya agar terhindar dari tersesat atau kecelakaan saat naik gunung? Kita tidak bisa menantang kuasa Tuhan dan ganasnya alam, tapi setidaknya risiko tersebut dapat dihindari jika kita tetap rendah hati, taat aturan, santun, dan mengikuti tips yang dihimpun dari pengalaman dan berbagai sumber ini. Yuk simak bersama!

1. Ikuti Tata Tertib dan Adat Istiadat Lokal Peraturan ada untuk dilanggar, itu biasanya guyonan kita, ya nggak? Tapi cobalah untuk guyonan kalau kamu sedang adventure di gunung, pantai, laut, atau alam bebas lainnya. Peraturan ada untuk meminimalkan risiko kecelakaan. Termasuk juga aturan ketika di gunung. Ikuti tata tertib pendakian, dan ikuti semua petunjuk dan arahan dari basecamp. Basecamp yang dijaga penduduk setempat bersama Ranger dari dinas terkait, lebih paham kondisi gunung daripada kamu yang pendatang. Kalau memang kita tidak diperbolehkan naik karena kondisi yang tidak memungkinkan, jangan ngeyel dan keras kepala. Nyawa kita taruhannya…

2. Lengkapi Perlengkapan Perlengkapan gunung memang nggak bisa dibilang murah, namun nyawa kita juga nggak murah. Lengkapi perlengkapanmu, mulai dari perlengkapan pribadi yang paling penting seperti sepatu, carrier/daypack, sandal, jaket, sarung tangan, buff/masker, dan lain sebagainya. Masih merasa mahal juga? sekarang banyak persewaan alat outdoor yang bisa kamu pinjam, atau kamu bisa cari perlengkapan pengganti yang setara dengan perlengkapan standar mendaki gunung.

3. Jangan Hanya cukup, Lebihkan Logistik Yang Kamu Bawa Logistik, bahan makanan dan air, adalah hal yang paling penting. Di atas gunung rata-rata tidak ada warung (Pengecualian untuk warung mbok yem yang berada di gunung lawu). Siapkan bahan makanan yang tahan lama, praktis, dan mudah diolah seperti sosis siap makan, sardine, lontong, sayuran kering, biscuit, ataupun sereal. Lebihkan logistik untuk 2-3 hari (sesuaikan dengan jarak tempuh pendakian) untuk berjaga-jaga kalau kita tersesat dan harus survival. Ingat! Di Gunung kita nggak bisa dengan centilnya teriak :”Lets get Lost! Lets Gooo!” :D.  Lost di gunung bisa sekali berubah jadi Death.. waspadalah waspadalah.

4. Pelajari Jalur Pendakian Pelajari jalur pendakian gunung yang akan kamu daki. Saat ini, banyak catatan perjalanan, artikel, dan berita bertebaran di Internet. Cari informasi sebanyak-banyaknya meliputi peta, nama-nama pos, ketersediaan sumber air, persimpangan jalan, ataupun lama waktu perjalanan. Dengan informasi yang cukup, setidaknya kamu tidak “buta” sama sekali dan tidak panik saat terjadi hal yang tidak diinginkan.

5. Jangan Curi-curi Untuk Menghindari Bayar Tiket, Lapor ke Basecamp Beberapa Gunung menerapkan biaya retribusi yang agak tinggi, seperti gunung Semeru. Dana retribusi yang tinggi ini “katanya” digunakan untuk biaya pemulihan ekosistem dan penjagaan taman nasional. Terlepas dari benar tidaknya dana tersebut dialokasikan, jangan sekali-kali lewat “jalur belakang” dan tidak melapor ke Basecamp. Kalau kita tidak melapor ke Basecamp, sebenarnya tidak masalah karena tiket juga tidak diperiksa. Namun namamu dan kelompokmu tidak tercatat di Basecamp. Akan menjadi panjang masalahnya kalau terjadi apa-apa dengan kelompokmu. Lapor ke Basecamp setidaknya akan membuat Ranger bisa menghitung pengunjung yang naik maupun yang turun gunung, sehingga memudahkan koordinasi dengan pihak terkait.

6. Ikuti Jalur Resmi Pendakian Banyak jalan menuju puncak. Di sepanjang jalur, biasanya ada juga jalur crossing yang langsung menanjak, ataupun jalan pintas. Jangan sesumbar, dan ikutilah terus jalur resmi. Selain terdapat banyak petunjuk jalan, jalur resmi merupakan jalur lalu lintas utama para pendaki, sehingga apabila terjadi sesuatu pada kelompokmu akan dengan cepat diketahui.

7. Apapun Yang Terjadi, Jangan Terpisah Dari Rombongan, dan Jangan Meninggalkan Teman Sendirian Rombongan dalam mendaki gunung biasanya secara alamiah akan terpisah. Yang jalannya pelan akan di belakang, sedangkan yang tenaga kuda akan selalu di depan. Apalagi akan selalu ada teman yang keluar “ego” nya, dan ada juga teman yang sok bilang “kalian duluan aja nanti gue nyusul”. Big No. Jangan pernah terpisah dari rombongan, apalagi terpisah seorang diri. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Di Gunung biasanya susah sinyal, dan apabila teman kita tersesat sendirian, biasanya dia akan mudah panik dan akan berakibat fatal. Bersama selalu lebih baik daripada sendiri. Setuju gaes?

8. Jangan Melawan Alam Cuaca di gunung tidak bisa diprediksi. Cuaca panas bisa berubah sekejap menjadi berkabut tebal bahkan badai di siang hari. Alam tidak untuk ditaklukkan men, lebih baik cari aman saja. Apabila jalur pendakian tertutup kabut tebal dengan jarak pandang yang semakin pendek, lebih baik berhenti saja karena senter juga tidak akan membantu. Jalur pendakian yang biasanya terdapat jurang di sisinya, akan sangat berbahaya apbila jarak pandang kita pendek.

9. Hilangkan Nafsu Menaklukkan Puncak Puncak adalah bonus. Kebersamaan, perjalanan, dan renunganlah yang utama ketika kita naik gunung. Jangan sampai nafsu memburu puncak membuatmu meninggalkan teman-temanmu. Apalah artinya sampai puncak kalau sendirian? Sukses itu berjamaah bro, setuju?

10. Terus Berkomunikasi Dengan Basecamp Terus berkomunikasi dengan basecamp. Syukur-syukur kalau ada sinyal. Kalau tidak, kamu bisa membawa atau menyewa Handie Talkie yang bisa berhubungan terus dengan basecamp. Mendaki gunung adalah hak semua orang, namun Gunung juga punya hak untuk tetap lestari. Banyaknya orang yang naik gunung tidak akan menjadi masalah apabila kita menjaga kebersihan, tidak merusak alam, dan berkontribusi pada masyarakat sekitar kawasan.